<$BlogRSDUrl$>
ini untuk banner blogger
  tempatkita       tempatku  
   
 
     
 

Monday, August 30, 2004

Buruan Cium Shafa

Surat terbuka buat Aa Gym

Jakarta, 14 Agustus 2004

Assalamualaikum WrWb
Bismillahhirrahmanirrahim,

Aa, Ananda ingin menyampaikan sesuatu buat Aa. nama nanda, Shafa. Nama lengkapnya, Hanifah Shafa Nugrahtuti (anak ayah Nugroho dan bunda Astuti). Nanda sekarang berumur 4 tahun, sekolah di TK AnNur Cikarang Baru. Aa, Shafa sering lihat acara sinetron di TV. tapi ayah sering tidak senang kalau shafa menontonnya.

Kata ayah, beberapa sinetron itu nggak baik, biar itu buat orang gede, apalagi buat anak kecil. Alasan ayah, sinetronnya banyak orang berantem yang ngomongnya jelek-jelek. Ayah takut nanti Shafa nggak tahu kalau mereka itu ngomong jelek, jadi Shafa ikut ngomong seperti mereka.

Kata ayah, nggak boleh mereka itu cium-ciuman orang laki-laki dan perempuan, karena mereka tidak seperti ayah sama bunda. Ayah bilang, sinetron itu ngajarin orang berebut kesenangan dunia, jadi lupa di akhirat nanti. Biar punya duit banyak, biar terkenal, biar punya kedudukan, mereka pakai semua cara, juga cara-cara yang nggak baik.

Ayah bilang, kalau shafa pengin masuk surga, jangan seperti yang di cerita sinetron itu. Jadi yah.. jangan nonton saja.

Tapi Aa, Shafa bingung, kalau sinetron itu nggak baik, kenapa boleh ada di TV?

Aa, shafa bisa berjoged dengan bergoyang pinggul seperti yang ada di TV. Temen-temen sekolah shafa juga ada yang bisa berjoget seperti itu. Ayah sama bunda kadang tersenyum lihat shafa berjoged, tapi kadang seperti mau sedih. Terus ayah bilang, ya.. shafa sekarang boleh deh joged seperti itu, tapi nanti kalau sudah besar, nggak boleh yah..

Kenapa ayah? karena berjoged seperti itu nggak baik, ..nak. kata ayah begitu Aa.

Aa, Shafa bingung lagi nih, kalau berjoged seperti itu nggak baik, kenapa tante inul, tante annisa bahar, dan tante-tante yang lain, sering sekali ada di TV.

Aa, ayah bilang, ayah pernah baca, kalau di negara tetangga kita Malaysia, acara TVnya bagus-bagus. Ada "who will become an ustadz", ada Akademi Islamiah, ada Muslim idol, ada RTM (remaja tahu mengaji).

Shafa jadi inget acara TV di Indonesia, Akademi Fantasi dan Indonesian idol. Kira-kira lebih bagus mana acaranya yah Aa?

Aa, Ayah bilang, kita semua akan bahagia kalau saja di Indonesia ada TV islami. insyaAllah nanti acaranya bagus-bagus ya Aa. InsyaAllah, nanti yang nyanyi dan mengisi acara di TV juga pakaiannya sopan, seperti tante Neno warisman, tante astri ivo, tante novia kolopaking, tante anneke putri, tante ratih sanggarwati, tante inneke,... wah mereka cantik cantik sekali yah Aa. InsyaAllah nanti tante inul, tante annisa bahar, tante krisdayanti, tante reza ikutan pakai pakaian yang sopan dan penampilan yang anggun.

wah... indah sekali TV indonesia kalau begitu yah Aa. Terus iklan yang masuk, pasti juga bagus-bagus. Terus.. Aa juga pasti lebih sering ada di TV itu.. subhanallah. Mudah-mudahan mimpi kami terwujud. amin.

Aa bilang dong, sama TV-TV yang ada sekarang, mereka ada nggak yang mau jadi TV islami.

Aa, jangan bosen yah, surat shafa panjang.

Ada satu lagi Aa. tadi pagi Ayah lagi bicara sama bunda, sambil seperti mau marah. Ayah bilang, ada film baru yang judulnya saja sudah ngajak orang berzina. Katanya judulnya "Buruan cium gue". Shafa tanya sama ayah, emang orang gede nggak boleh minta cium ya ayah? kata ayah, boleh kalau dengan mukhrimnya. kalau bukan.. yah namanya zina.

Sekali lagi Shafa bingung Aa, kalau judulnya saja sudah nggak baik, kenapa boleh ada di bioskop yah Aa. Yah.., sekarang banyak yang bikin Shafa bingung.

Aa pimpin doa, yah, mudah-mudahan Indonesia nanti dapet pemimpin yang tidak bikin anak kecil seperti Shafa bingung.

Tapi Aa, kalau Shafa kan masih kecil, jadi boleh kan minta dicium Aa.
Kalau begitu "AA.... BURUAN CIUM SHAFA...."

Terima kasih
Wassalamualaikum WrWb.

Hanifah Shafa Nugrahtuti
Jl. Puspita Blok S no 14, Gylsemium,
Kota Hijau Cikarang Baru, Cikarang, 17550

Note:

Afwan AaGym

saya menulis surat atas nama anak saya. Tentu saja, shafa kecil belum mampu bertutur seperti surat di atas, tapi saya yakin, kalau dia sudah mengerti, InsyaAllah hatinya juga akan miris seperti ayah dan bundanya, yang setiap hari melihat kemaksiatan dipertontonkan.

Mohon bimbing bangsa ini agar menjadi bangsa yang beradab. amin.

Ananto N Nugroho

published by: Monsieur RaKah @ 9:46:00 AM

Friday, August 27, 2004

Petuah Bijak

Sahabat kucoba angkat, apa yang kau, rasa kini.
Dengan mungkin berkerut, tak satupun yang berarti.
Tataplah, kawan lain, menjilati, hidup ini.
Siapkan bingkai diri, siapkan masa depanmu.

Hari, ini, terlalu indah, untuk diburamkan.
Dan kau, terus hitamkan, jejak langkahmu.

Semoga saja ini hanya, sebuah fase dalam hidupmu.
Dan kuharap itu bukan sisa2 umur.

Mungkin ini petuah bijak, yang kau rasakan, sbagai klise.
Lelahkan, kedua pasang telingamu.

Hari, ini, terlalu indah, untuk diburamkan.
Dan kau, terus hitamkan, jejak langkahmu.

Semoga saja ini hanya, sebuah fase dalam hidupmu.
Dan kuharap itu bukan sisa2 umur.

Semoga saja ini hanya, sebuah fase dalam hidupmu.
Dan kuharap itu bukan sisa2 umur.

Semoga saja ini hanya, sebuah fase dalam hidupmu.
Dan kuharap itu bukan sisa2 umur.

Hari, ini, terlalu indah, untuk diburamkan.
Dan kau terus hitamkan...

Hari, ini, terlalu indah, untuk diburamkan.
Dan kau terus hitamkan...

Geraikan hari, tegapkan langkahmu...
Sinari cinta, tancapkan asa...
Lepaskan diri, dari belenggu ini...

published by: Monsieur RaKah @ 11:07:00 AM

Tuesday, August 24, 2004

Penjualan Buku di Sekolah

Wah wah wah, begitu banyak hal memalukan terjadi di negeri ini. Berikut cuplikan diskusi, diambil dari milis pasarbuku[at]yahoogroups.cOm yg kelihatannya diposting oleh orang2 yg masih peduli dg kejujuran, itikad baik, dan menjunjung idelisme yg luhur. Semoga ada manfaat, hikmah yg bisa dipetik. Selamat membaca (jika sempat), semoga keselamatan dan kemanfaatan selalu bersama kita :)

Mula Harahap <mulaharahap@yahoo.com> wrote:

I. Dalam 2 minggu terakhir ini media massa diramaikan oleh berita-berita skandal penjualan buku pelajaran --secara paksa--oleh sekolah kepada murid.

Orangtua murid mengeluh karena --di tengah himpitan beban ekonomi seperti sekarang ini-- mereka masih pula harus membeli paket yang terdiri dari beberapa buku dengan harga jauh lebih tinggi dari "price list" yang diberlakukan penerbit. Orangtua murid mengeluh karena buku-buku untuk mata pelajaran yang sama, yang semester lalu dibelinya untuk sang kakak, sudah tidak dapat lagi digunakan bagi sang adik. Orangtua murid juga mengeluh, karena begitu banyaknya buku yang harus dibeli untuk seorang anak yang masih duduk di bangku kelas 1 Sekolah Dasar.

Hari Jumat 6 Agustus 2004 yang lalu, di Harian Kedaulatan Rakyat ada berita tentang seorang petani di Gunung Kidul yang juga mengeluh karena dipaksa membeli sejumlah buku pelajaran dengan harga per buku sekitar Rp. 25.000, sementara harga gaplek masih Rp.250 per kilo. Untuk membeli sebuah buku, berarti sang petani harus menjual 100 kilo gaplek. Untuk membeli 5 buku berarti ia harus menjual 500 kilo gaplek! Lalu berapa kilo singkong basah yang harus dikuliti, dirajang dan dijemurnya agar bisa mendapat 1/2 ton gaplek? (Seharusnya di Yogyakarta sana ada yang mau menemani si petani, untuk menumpahkan 1/2 ton gaplek itu di depan kantor Kepala Sekolah atau Kepala Dinas Pendidikan).

Kita sudah tidak tahu lagi siapa yang harus paling disalahkan dalam komersialisasi pendidikan yang gila-gilaan ini. (Dan jangan kita lupa, masalah penjualan buku di sekolah hanyalah salah satu dari sekian banyak persoalan pendidikan yang tujuannya hanyalah uang).

Ibu/Bapak Guru "Pahlawan Tanda Jasa" itu memang salah. Tugas mereka di sekolah adalah mengajar; bukan berdagang. Tapi kalau jenderal, hakim, jaksa, polisi, petugas bea cukai, petugas pajak, anggota DPR, wartawan, satpam, hansip dan siapa pun itu, boleh berdagang dan mengkomersilkan jabatannya, mengapa guru tidak?

Lagipula, tidak semua wilayah memiliki toko buku. Apa salahnya kalau harga buku dinaikkan "sedikit" sebagai kompensasi atas waktu dan biaya yang dikeluarkan oleh orangtua ketimbang harus mencari buku tersebut kemana-mana?

Para penerbit anggota IKAPI yang umumnya mengusung slogan "ikut mencerdaskan bangsa" itu, juga salah. Seharusnya mereka bisa sedikit menahan diri dan tak perlu menjahitkan baju safari, memberikan dispenser, mensponsori tur ke Bali atau memberikan amplop uang kepada para kepala sekolah dan pejabat pendidikan dari tingkat kecamatan, kabupaten, propinsi sampai nasional itu.

Tapi apa mau dikata? Mesin yang bernama industri penerbitan buku sekolah itu memang sudah terjebak dalam satu permainan dimana uang dan kekuasaan adalah satu-satunya aturan yang berlaku. Siapa yang tidak ikut dalam aturan permainan akan tersingkir.

Mereka --para penerbit itu-- sebenarnya tidak "happy" dengan peraturan yang gonta-ganti. Setiap kali terjadi perubahan peraturan, ada ratusan ribu atau jutaan eksemplar buku yang terpaksa harus dibuang. Agar tidak selalu "buntung" maka para penerbit pun belajar untuk melihat gelagat dan mencium arah angin. Karena itu jangan terlalu salahkan mereka, kalau "Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)" baru merupakan wacana (dan SK Menteri atas kurikulum tersebut belum ada), tapi mereka sudah buru-buru menyesuaikan bukunya dengan KBK.

Adalah kenyataan bahwa buku yang sama, di suatu daerah harus disesuaikan dengan KBK, dan di daerah yang lain belum perlu disesuaikan.

Lalu mengapa hal seperti ini bisa terjadi? Karena pemahaman dan penafsiran para birokrat daerah itu terhadap keputusan atasannya di pusat berbeda-beda. Dan pemahaman serta penafsiran yang berbeda-beda ini semakin diperparah lagi oleh masuknya kepentingan-kepentingan pribadi para pejabat dalam bisnis buku sekolah.

Pemerintah --terutama para birokrat yang mengurusi masalah pendidikan itu-- juga salah. Seharusnya mereka sadar bahwa sebagai pemerintah tugas mereka adalah mengatur dan menciptakan iklim; bukan ikut bermain. Tapi kalau birokrat di bidang-bidang lain boleh bermain; mengapa pula birokrat di bidang pendidikan tidak boleh bermain? Apalagi --jangan kita lupa-- kalau anggaran pendidikan mencapai 25% dari APBN sebagaimana yang digariskan oleh konstitusi, maka ini adalah sebuah sektor yang paling "basah" dan "sangat menjanjikan".

Komite Sekolah sebagai "legislatif" di unit sekolah juga salah. Seharusnya mereka bisa mengontrol Kepala Sekolah agar tidak "ugal-ugalan" dan bertindak-semaunya. Komite Sekolah sebenarnya adalah manifestasi kepedulian dan tanggung jawab masyarakat (stakeholder) terhadap sekolah yang ada di sekitarnya. Tapi apa mau dikata? Civil-society, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat hanyalah sebuah slogan yang enak diucapkan; tapi tak mudah dijalankan. Di zaman serba dibayar seperti sekarang ini, siapa pula mau kerja-bakti menghabiskan waktu untuk duduk mengurusi Komite Sekolah?

Walhasil, yang patut untuk paling disalahkan dalam skandal penjualan buku di sekolah ini adalah kita --orangtua murid sendiri. Mengapa kita --walau pun mengomel-- tetap juga membeli buku yang ditawarkan itu? Mengapa kita tidak melawan? Kita takut, kalau gara-gara tidak membeli buku yang ditawarkan oleh Ibu/Bapak Guru itu, bisa-bisa anak kita akan menjadi bulan-bulanan dan mendapat nilai rendah dalam mata pelajaran tertentu.

Inilah egoisme sekaligus kebodohan yang sedang merasuki semua kita: Terserah, mau jadi apa negara, yang penting saya selamat. Terserah mau jadi apa pendidikan, yang penting anak saya berhasil. Lalu kita jadi bertanya-tanya: Apa artinya "negara", "selamat", "pendidikan" dan "berhasil" dalam budaya yang penuh intimidasi dan korup seperti yang sedang kita alami ini?

Inilah gambaran kita; masyarakat yang egois, bodoh dan penakut. Ketika petugas di loket PLN itu "membulatkan" uang kembalian pembayaran listrik ke bawah dan menjadi satuan ribu, kita diam. Ketika kasir di supermarket memberikan kembalian permen alih-alih uang receh 25 rupiah, kita diam. Ketika petugas di kantor pengurusan SIM menjual pinsil, penghapus dan segala macam tetek-bengek itu, kita diam. Ketika Provost datang menagih iuran televisi ke rumah, kita diam.

II. Masalah penjualan buku di sekolah adalah masalah korupsi. Dan sikap kita dalam menghadapi masalah tersebut adalah juga sikap kita dalam menghadapi budaya korupsi yang merajalela di negeri ini. Kita bisa berdiam diri atau melawannya. Memang, dalam upaya melawan, kita tidak bisa terlalu mengandalkan para polisi, jaksa dan hakim itu. Lihatlah apa yang mereka lakukan dalam menangani kasus pembobolan BNI, penyeludupan gula dan kasus-kasus besar lainnya. Mereka seperti sedang bermain "sepakbola gajah". Pura-pura bermain cantik, tapi sebenarnya sedang mengatur skor.

Kita juga tidak bisa terlalu mengandalkan pers yang hanya tahu "ngomong" itu. Lagipula, terlalu banyak masalah yang perlu diomongkan oleh pers. Setelah skandal evaluasi nasional, datang skandal konversi nilai. Setelah skandal pembobolan BNI, datang skandal penyelundupan gula. Satu demi satu skandal muncul untuk kemudian cepat-cepat dilupakan.

Kita juga tidak bisa terlalu mengandalkan KPK. Seperti halnya komisi-komisi pemberantasan korupsi sebelumnya, hasil bentukan pemerintah dan DPR yang juga korup, maka KPK tak ubahnya seperti "dildo": Bentuknya bagus tapi substansinya diragukan.

Kita --masyarakatlah-- yang harus turun dan melawan, secara sendiri-sendiri mau pun bersama-sama. Dan melawan korupsi harus dimulai dari lingkungan sekitar.

Kalau bisa membeli buku dengan harga lebih murah di tempat lain; mengapa pula harus membelinya di sekolah? Boleh jadi, gara-gara kita menolak membeli buku di sekolah, anak akan menjadi korban. Tapi kalau hal ini sampai terjadi, maka akan tambah cukup alasan bagi kita untuk bertindak lebih jauh. Guru seperti itu perlu disingkirkan. Moralitas apalagi yang hendak dibaginya kepada anak didik?

Kalau kita punya waktu dan mau bersabar; mengapa pula harus menyalami petugas di loket pembuatan paspor-kir --SIM-- STNK itu dengan uang 5 ribuan untuk setiap tandatangan? Memang kehilangan 50 ribu atau 100 ribu tidaklah terlalu berarti bila dibandingkan dengan "stress" yang kita alami ketika menunggu para abdi negara itu bekerja. Tapi marilah kita melihat dari perspektif yang lain: Betapa mudahnya ia memperoleh uang tambahan untuk pekerjaan yang sebenarnya sudah menjadi tanggung-jawabnya.

Kalau kita mau sedikit membuang waktu, ngotot dan melawan, maka penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan pasti tidak akan sesemarak seperti sekarang. Dan untuk menghadapi penyalah-gunaan wewenang dan kekuasaan, tidak ada kata lain yang lebih tepat daripada: Lawan!

Bulan Mei tahun 1998, perlawanan itu pernah kita perlihatkan dan "The Mighty" Suharto pun takut dibuatnya. Lalu, mengapa pula keberanian dan rasa percaya diri itu tak kita pelihara terus dalam melawan penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan yang semakin menjadi-jadi ini?

NETIKET DAPAT DILIHAT DI SINI

From: Icha Antbony <ichaantbony@yahoo.com>
Sent: Friday, August 13, 2004 8:34 AM
To: pasarbuku@yahoogroups.com
Subject: Re: [PasarBuku] Penjualan Buku di Sekolah

Agar KORUPSI BUKU seperti yang ditulis Mula Harahap dapat ditekan, saya mengusulkan langkah-langkah kongkret:

1. IKAPI diubah pengertiannya menjadi Ikatan Penerbit Buku Indonesia.Bukan Ikatan Penerbit Buku INPRES. Ini berarti IKAPI wajib mengeluarkan anggotanya yang melakukan perdagangan buku langsung ke sekolah secara tidak jujur. IKAPI sendiri wajib membersihkan para pengurusnya yang melulu hanya menerbitkan buku-buku pelajaran dengan tujuan dijual langsung ke sekolah dengan cara-cara yang tidak jujur.

2. GATBI (Gabungan Toko Buku Indonesia) memberikan selebaran ke sekolah-sekolah yang isinya menghimbau agar orang tua murid membeli buku langsung ke toko buku dan menolak pembelian buku paket di sekolah-sekolah.

3. Toko Buku yang berdekatan dengan sekolah-sekolah mengeluarkan selebaran yang isinya menjual buku-buku sesuai yang diminta sekolah yang bersangkutan dengan discount 20 - 25%. Toko buku tidak akan rugi karena mendapatkan discount 30 - 35% dari penerbit. Sisa discount dapat dipakai untuk mencetak selebaran.

4. Pengarang Lepas mencabut izin penerbitan buku-bukunya apabila diketahui buku-buku yang dikarangnya dijual langsung ke sekolah oleh para penerbitnya. Pengarang Karyawan yang bekerja pada suatu penerbit untuk menulis buku pelajaran bersedia "resign" apabila penerbitnya menjual buku langsung ke sekolah.

Menurut saya langkah ini jauh lebih kongkrit ketimbang mengharapkan peran serta pemerintah untuk mengatasi kasus korupsi diperbukuan. Tidak pernah ada sejarah pemerintah mampu memberantas korupsi yang sudah dapat taraf Mass Corruption. Pertanyaan lebih lanjut, beranikah organisasi-organisasi di atas melakukan pembersihan diri dan melakukan perlawanan terhadap kesemrawutan perdagangan buku di negara ini?

published by: Monsieur RaKah @ 2:28:00 PM

Belanja Di Toko Kebahagiaan

Seorang muda yang selalu resah dan gelisah menemui seorang bijak dan bertanya, "Berapa lamakah waktu yang saya butuhkan untuk memperoleh kebahagiaan?" Orang bijak itu memandang si anak muda kemudian menjawab, "Kira-kira sepuluh tahun."

Mendengar hal itu anak muda tadi terkejut, "Begitu lama,?" tanyanya tak percaya. "Tidak," kata si orang bijak, "Saya keliru. Engkau membutuhkan 20 tahun." Anak muda itu bertambah bingung. "Mengapa Guru lipatkan dua,?" tanyanya keheranan. Orang bijak kemudian berkata, "Coba pikirkan, dalam hal ini mungkin engkau membutuhkan 30 tahun."

Apa yang terlintas dalam pikiran Anda ketika membaca cerita di atas? Tahukah Anda mengapa semakin banyak orang muda itu bertanya, semakin lama pula waktu yang diperlukannya untuk mencapai kebahagiaan?

Lantas, bagaimana cara kita mendapatkan kebahagiaan? Sebagaimana yang telah sering saya sampaikan dalam rubrik ini, kebahagiaan hanya akan dicapai kalau kita mau melakukan pencarian ke dalam. Namun, itu semua tidak dapat Anda peroleh dengan cuma-cuma. Anda harus mau membayar harganya.

Agar lebih mudah saya akan menggunakan analogi sebuah toko. Nama toko itu adalah "Toko Kebahagiaan." Di sana tidak ada barang yang bernama "kebahagiaan" karena "kebahagiaan" itu sendiri tidak dijual. Namun, toko ini menjual semua barang yang merupakan unsur-unsur pembangun kebahagiaan, antara lain: kesabaran, keikhlasan, rasa syukur, kasih sayang, kejujuran, kepasrahan, dan rela memaafkan. Inilah "barang-barang" yang Anda perlukan untuk mencapai kebahagiaan.

Tetapi, berbeda dari toko biasa, toko ini tidak menjual produk jadi. Yang dijual di sini adalah benih. Jadi, kalau Anda tertarik untuk membeli "kesabaran" Anda hanya akan mendapatkan "benih kesabaran." Karena itu, segera setelah Anda pulang ke rumah Anda harus berusaha keras untuk menumbuhkan benih tersebut sampai ia menghasilkan buah kesabaran.

Setiap benih yang Anda beli di toko tersebut mengandung sejumlah persoalan yang harus Anda pecahkan. Hanya bila Anda mampu memecahkan persoalan tersebut, Anda akan menuai buahnya. Benih yang dijual di toko itu juga bermacam-macam tingkatannya. "kesabaran tingkat 1," misalnya, berarti menghadapi kemacetan lalu lintas, atau pengemudi bus yang ugal-ugalan. "Kesabaran tingkat 2" berarti menghadapi atasan yang sewenang-wenang, atau kawan yang suka memfitnah. "Kesabaran tingkat 3", misalnya, adalah menghadapi anak Anda yang terkena autisme.

Menu yang lain misalnya "bersyukur." "Bersyukur tingkat 1" adalah bersyukur di kala senang, sementara "bersyukur tingkat 2" adalah bersyukur di kala susah. 'Kejujuran tingkat 1," misalnya, kejujuran dalam kondisi biasa, sementara "kejujuran tingkat 2" adalah kejujuran dalam kondisi terancam. Inilah sebagian produk yang dapat dibeli di "Toko Kebahagiaan". Setiap produk yang dijual di toko tersebut berbeda-beda harganya sesuai dengan kualitas karakter yang ditimbulkannya. Yang termahal ternyata adalah "kesabaran" karena kesabaran ini merupakan bahan baku dari segala macam produk yang dijual di sana.

Seorang filsuf Thomas Paine pernah mengatakan, "Apa yang kita peroleh dengan terlalu mudah pasti kurang kita hargai. Hanya harga yang mahallah yang memberi nilai kepada segalanya. Tuhan tahu bagaimana memasang harga yang tepat pada barang-barangnya."

Dengan cara pandang seperti ini kita akan menghadapi masalah secara berbeda. Kita akan bersahabat dengan masalah. Kita pun akan menyambut setiap masalah yang ada dengan penuh kegembiraan karena dalam setiap masalah senantiasa terkandung "obat dan vitamin" yang sangat kita butuhkan.

Dengan demikian Anda akan "berterima kasih" kepada orang-orang yang telah menyusahkan Anda karena mereka memang "diutus" untuk membantu Anda. Pengemudi yang ugal-ugalan, tetangga yang jahat, atasan yang sewenang-wenang adalah peluang untuk membentuk kesabaran. Penghasilan yang pas-pasan adalah peluang untuk menumbuhkan rasa syukur. Suasana yang ribut dan gaduh adalah peluang untuk menumbuhkan konsentrasi. Orang-orang yang tak tahu berterima kasih adalah peluang untuk menumbuhkan perasaan kasih tanpa syarat. Orang-orang yang menyakiti Anda adalah peluang untuk menumbuhkan kualitas rela memaafkan.

Sebagai penutup marilah kita renungkan ungkapan berikut ini: "Aku memohon kekuatan, dan Tuhan memberiku kesulitan-kesulitan untuk membuatku kuat. Aku memohon kebijaksanaan, dan Tuhan memberiku masalah untuk diselesaikan. Aku memohon kemakmuran, dan Tuhan memberiku tubuh dan otak untuk bekerja. Aku memohon keberanian, dan Tuhan memberiku berbagai bahaya untuk aku atasi. Aku memohon cinta, dan Tuhan memberiku orang-orang yang bermasalah untuk aku tolong. Aku mohon berkah dan Tuhan memberiku berbagai kesempatan. Aku tidak memperoleh apapun yang aku inginkan, tetapi aku mendapatkan apapun yang aku butuhkan."

Sumber: Belanja di "Toko Kebahagiaan" oleh Arvan Pradiansyah, Direktur Pengelola Institute for Leadership & Life Management (ILM) dan Penulis Buku "Life is Beautiful & You Are A Leader"

published by: Monsieur RaKah @ 1:59:00 PM

Saturday, August 21, 2004

puisi kemerdekaan

Rasanya Baru Kemarin
(Versi IX)

Rasanya baru kemarin

Bung Karno dan Bung Hatta
atas nama kita menyiarkan dengan seksama kemerdekaan kita di hadapan dunia.

Rasanya
gaung pekik merdeka kita
masih memantul-mantul tidak hanya
dari para jurkam PDIP saja.

Rasanya Baru kemarin.

Padahal sudah lima puluh sembilan tahun lamanya.
Pelaku-pelaku sejarah yang nista dan mulia
sudah banyak yang tiada. Penerus-penerusnya
sudah banyak yang berkuasa atau berusaha
Tokoh-tokoh pujaan maupun cercaan bangsa
Sudah banyak yang turun tahta
Taruna-taruna sudah banyak yang jadi
Petinggi negeri
Mahasiswa-mahasiswa yang dulu suka berdemonstrasi
Sudah banyak yang jadi menteri dan didemonstrasi.

Rasanya Baru kemarin

Padahal sudah lebih setengah abad lamanya.
Menteri-menteri yang dulu suka korupsi
Sudah banyak yang meneriakkan reformasi

Rasanya baru kemarin

Rakyat yang selama ini terdaulat
sudah semakin pintar mendaulat
Pemerintah yang tak kunjung merakyat
pun terus dihujat

Rasanya baru kemarin

Padahal sudah lima puluh sembilan tahun lamanya.
Pembangunan jiwa masih tak kunjung tersentuh
Padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan
sudah mulai runtuh

Kemajuan semu sudah semakin menyeret dan mengurai
pelukan kasih banyak ibu-bapa
dari anak-anak kandung mereka
Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi sudah menutup mata
banyak saudara terhadap saudaranya

Daging yang selama ini terus dimanjakan kini sudah mulai kalap mengerikan
Ruh dan jiwa
sudah semakin tak ada harganya

Masyarakat yang kemarin diam-diam menyaksikan
para penguasa berlaku sewenang-wenang
kini sudah pandai menirukan

Tanda-tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya
Semakin bertambah besar pengaruhnya
Mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda
Kepentingan sendiri dan golongan
sudah semakin melecehkan kebersamaan

Rasanya
Baru kemarin

Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
Pahlawan-pahlawan idola bangsa
Seperti Pangeran Diponegoro
Imam Bonjol, dan Sisingamangaraja
Sudah dikalahkan oleh Sin Chan, Baja Hitam,
dan Kura-kura Ninja

Banyak orang pandai sudah semakin linglung
Banyak orang bodoh sudah semakin bingung
Banyak orang kaya sudah semakin kekurangan
Banyak orang miskin sudah semakin kecurangan

Rasanya Baru kemarin

Tokoh-tokoh angkatan empatlima sudah banyak yang koma
Tokoh-tokoh angkatan enamenam sudah banyak yang terbenam
Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah banyak yang tak jelas maunya

Rasanya Baru kemarin

(Hari ini ingin rasanya
Aku bertanya kepada mereka semua
Sudahkah kalian Benar-benar merdeka?)

Rasanya Baru kemarin

Negeri zamrud katulistiwaku yang manis
Sudah terbakar nyaris habis
Dilalap krisis dan anarkis
Mereka yang kemarin menikmati pembangunan
Sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
Mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri
Sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri

Mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan
Banyak yang tak rela sendiri kesulitan
Mereka yang kemarin mengecam pelecehan hukum
Kini sudah banyak yang pintar melecehkan hukum

Rasanya baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka.

Mahasiswa-mahasiswa pejaga nurani
Sudah dikaburkan oleh massa demo yang tak murni
Para oportunis pun mulai bertampilan
Berebut menjadi pahlawan
Pensiunan-pensiunan politisi
Sudah bangkit kembali
Partai-partai politik sudah bermunculan
Dalam reinkarnasi

Rasanya baru kemarin

Wakil-wakil rakyat yang kemarin hanya tidur
Kini sudah pandai mengatur dan semakin makmur
Insan-insan pers yang kemarin seperti burung onta
Kini sudah pandai menembakkan kata-kata

Rasanya Baru kemarin
Padahal sudah lima puluh sembilan tahun kita
Merdeka.

Para jenderal dan pejabat sudah saling mengadili
Para reformis dan masyarakat sudah nyaris tak terkendali
Mereka yang kemarin dijarah
Sudah mulai pandai meniru menjarah
Mereka yang perlu direformasi
Sudah mulai fasih meneriakkan reformasi
Mereka yang kemarin dipaksa-paksa
Sudah mulai berani mencoba memaksa

Mereka yang selama ini tiarap ketakutan
Sudah banyak yang muncul ke permukaan
Mereka yang kemarin dipojokkan
Sudah mulai belajar memojokkan
Mereka yang kemarin terbelenggu

Sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu
Mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa
Sudah mulai banyak yang lupa

Rasanya baru kemarin

Ingin rasanya aku bertanya kepada mereka semua
Tentang makna merdeka

Rasanya baru kemarin

Pakar-pakar dan petualang-petualang negeri
Sudah banyak yang sibuk mengatur nasib bangsa
Seolah-olah Indonesia milik mereka sendiri
Hanya dengan meludahkan kata-kata

Rasanya baru kemarin

Dakwah mengajak kebaikan
Sudah digantikan jihad menumpas kiri-kanan
Dialog dan diskusi
Sudah digantikan peluru dan amunisi

Rasanya baru kemarin

Masyarakat Indonesia yang berketuhanan
Sudah banyak yang kesetanan
Bendera merahputih yang selama ini dibanggakan
Sudah mulai dicabik-cabik oleh dendam dan kedengkian

Rasanya baru kemarin

Legislatif yang lama sekali non aktif
Dan yudikatif yang pasif
Mulai pandai menyaingi eksekutif
Dalam mencari insentif

Rasanya baru kemarin

Para seniman sudah banyak yang senang berpolitik
Para agamawan sudah banyak yang pandai main intrik
Para wartawan sudah banyak yang pintar bikin trik-trik

Rasanya Baru kemarin

Tokoh-tokoh orde lama sudah banyak yang mulai menjelma
Tokoh-tokoh orde baru sudah banyak yang mulai menyaru

Rasanya Baru kemarin

Orang-orang NU yang sekian lama dipinggirkan
Sudah mulai kebingungan menerima orderan
NU dan Muhammadiyah yang selama ini menjauhi politik praktis
Sudah kerepotan mengendalikan warganya yang bersikap pragmatis

Rasanya Baru kemarin

Pak Harto yang kemarin kita tuhankan
Sudah menjadi pesakitan yang sakit-sakitan
Bayang-bayangnya sudah berani pergi sendiri
Atau lenyap seperti disembunyikan bumi
Tapi ajaran liciknya sudah mulai dipraktekkan
oleh tokoh-tokoh yang merasa tertekan
Anak dan antek kesayangan Bapak sudah berani tampil lagi
Mendekati rakyat lugu mencoba menarik simpati
Memanfaatkan popularitas dan kesulitan hidup hari ini

Rasanya baru kemarin

Habibie sudah meninggalkan
Negeri menenangkan diri
Gus Dur sudah meninggalkan
Atau ditinggalkan partainya seorang diri

Rasanya baru kemarin
Padahal sudah limapuluh sembilan tahun lamanya
Megawati yang menghabiskan sisa kekuasaan Abdurrahman
Mengajak Hasyim Muzadi merebut lagi kursi kepresidenan
Membangkitkan nafsu banyak warga NU terhadap kedudukan

Apalagi Wiranto yang mengalahkan Akbar
menggandeng Salahuddin keturunan Rais Akbar
Ikut bersaing merebut kekuasaan melalui Golkar
Dan didukung PKB yang dulu ngotot ingin Golkar bubar

SBY yang mundur dari kabinet Mega juga ikut berlaga
Dengan Jusuf Kalla menyaingi mantan bos mereka
Bahkan dalam putaran pertama paling banyak mengumpulkan suara

Amin Rais yang sudah lama memendam keinginan
Memimpin negeri ini mendapatkan Siswono sebagai rekanan
Sayang perolehan suara mereka tak cukup signifikan

Hamzah Haz yang tak dicawapreskan PDI maupun Golkar
Maju sendiri sebagai capres dengan menggandeng Agum Gumelar
Maju mereka berdua pun dianggap PPP dan lainnya sekedar kelakar

Rasanya baru kemarin

Rakyat yang sekian lama selalu hanya dijadikan
Obyek dan dipilihkan
Kini sudah dimerdekakan Tuhan
Dapat sendiri menentukan pilihan
Meski banyak pemimpin bermental penjajah yang keberatan
Dan ingin terus memperbodohnya dengan berbagai alasan
Rakyat yang kebingungan mencari panutan
Malah mendapatkan kedewasaan dan kekuatan
(Hari ini ingin rasanya
Aku bertanya kepada mereka semua
Bagaiman rasanya
Merdeka?)

Rasanya baru kemarin

Orangtuaku sudah lama pergi bertapa
Anak-anakku sudah pergi berkelana
Kakakku dan kawan-kawanku sudah jenuh menjadi politikus
Aku sendiri tetap menjadi tikus

(Hari ini
setelah limapuluh sembilan tahun kita merdeka
ingin rasanya aku mengajak kembali
mereka semua yang kucinta
untuk mensyukuri lebih dalam lagi
rahmat kemerdekaan ini
dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani
diri sendiri
bagi merahmati sesama)
Rasanya baru kemarin
Ternyata sudah limapuluh sembilan tahun kita
Merdeka)

(Ingin rasanya
aku sekali lagi menguak angkasa
dengan pekik yang lebih perkasa:
Merdeka!)

Rembang, 17 Agustus 2004
(KH. Musthofa Bisri)

published by: Monsieur RaKah @ 4:21:00 PM

Thursday, August 12, 2004

Mami, sex itu apa sih?

Seorang anak perempuan yang baru masuk sekolah bertanya kepada ibunya... "Mami, mami? sex itu apa sih Mi?" Terkejutlah si ibu... Teringat akan modernisasi zaman sekarang yang membuat manusia berpikiran lebih terbuka. Sesuai dengan konsep pendidikan seks yang sedang hangat dikatakan, mulailah si ibu mencari jawaban yang sesuai untuk anaknya dengan harapan anaknya takkan terjebak dalam arus pendidikan global.

Maka si ibu pun mulai memberikan jawaban mengenai apa itu sex dengan perumpamaan antara kumbang dan bunga, diikuti dengan pembentukan bayi dalam kandungan dan diselipkan pula dengan kisah percintaan antara mami dan daddy dari zaman kuliah hingga dengan kehadiran si cantik yaitu anak gadisnya yang bertanya itu...

Tiba-tiba si anak cemberut. Si ibu keheranan dan bertanya, "Kenapa kamu malah cemberut?" Si anak menjawab... "Jawaban mami itu panjang, tempat jawabnya pendek saja, niih..." katanya seraya menyerahkan buku latihan yang tertulis di sampulnya:

NAME : .............
SEX : .............
Class : .............
Subject : .............

<rha-k>
Kadang, sering terjadi kesalahpahaman antara orang tua dan anak. Bukan saja karena faktor kedekatan dan intensitas berinteraksi, namun kadang karena bahasa anak agak berbeda dengan bahasa orang tua. Biasakanlah berbicara dengan bahasa cinta. Dengan cinta, hidup akan lebih bermakna.
</rha-k>

published by: Monsieur RaKah @ 1:23:00 PM

Wednesday, August 11, 2004

Mengapa Berteriak?

Suatu hari sang guru bertanya kepada murid-muridnya; "Mengapa ketika seseorang sedang dalam keadaan marah, ia akan berbicara dengan suara kuat atau berteriak?"

Seorang murid setelah berpikir cukup lama mengangkat tangan dan menjawab; "Karena saat seperti itu ia telah kehilangan kesabaran, karena itu ia lalu berteriak." "Tapi..." sang guru balik bertanya, "lawan bicaranya justru berada di sampingnya. Mengapa harus berteriak? Apakah ia tak dapat berbicara secara halus?"

Hampir semua murid memberikan sejumlah alasan yang dikira benar menurut pertimbangan mereka. Namun tak satupun jawaban yang memuaskan. Sang guru lalu berkata; "Ketika dua orang sedang berada dalam situasi kemarahan, jarak antara kedua hati mereka menjadi amat jauh walau secara fisik mereka begitu dekat. Karena itu, untuk mencapai jarak yang demikian, mereka harus berteriak. Namun anehnya, semakin keras mereka berteriak, semakin pula mereka menjadi marah dan dengan sendirinya jarak hati yang ada di antara keduanya pun menjadi lebih jauh lagi. Karena itu mereka terpaksa berteriak lebih keras lagi."

Sang guru masih melanjutkan; "Sebaliknya, apa yang terjadi ketika dua orang saling jatuh cinta? Mereka tak hanya tidak berteriak, namun ketika mereka berbicara, suara yang keluar dari mulut mereka begitu halus dan kecil. Sehalus apapun, keduanya bisa mendengarkannya dengan begitu jelas. Mengapa demikian?" Sang guru bertanya sambil memperhatikan para muridnya.

Mereka nampak berpikir amat dalam namun tak satupun berani memberikan jawaban. "Karena hati mereka begitu dekat, hati mereka tak berjarak. Pada akhirnya sepatah katapun tak perlu diucapkan. Sebuah pandangan mata saja amatlah cukup membuat mereka memahami apa yang ingin mereka sampaikan."

Sang guru masih melanjutkan; "Ketika anda sedang dilanda kemarahan, janganlah hatimu menciptakan jarak. Lebih lagi hendaknya kamu tidak mengucapkan kata yang mendatangkan jarak di antara kamu. Mungkin di saat seperti itu, TAK mengucapkan kata-kata mungkin merupakan cara yang BIJAKSANA. Karena waktu akan membantu anda." [sumber: unknown]

published by: Monsieur RaKah @ 9:01:00 AM

Tuesday, August 10, 2004

Life and Career

Your career is not everything; your life is. But then, what is life without a career or a career without a life?

1. You are always on your own. Even if you work for a big company, you will always be on your own. Companies aren't people. They're things and they don't have feelings. If you are expecting the company to "take care of you" or "do the right thing", you'll be often disappointed. There are no strong bonds in a company. No one cares more about your career than you do. Remember that, and don't expect the company to take care of you.

2. Certain jobs fit certain people best. You do have special gifts that fit you for some, disqualify you for others. Take time to assess your skills, temperament and aptitude in depth.

3. Careers are short-term. Your present job can end anytime, even if you own the company! Therefore, think short term. Don't take your present career for granted. Someone once described a consultant as a person who wakes up every morning unemployed. You should feel the same way. Wake up every morning feeling unemployed so that you'll appreciate your present job more and figure out what you're going to do next. Always have a "Plan B."

4. It's more important to be a "people person" than an "achievement-oriented person" who always win at the cost of others. People skills are more important than technical skills. Even in technical jobs, you have to deal with someone. The average performer who are easier to get along with last longer in his job.

5. What you accomplish today will be your calling card tomorrow. Your accomplishments will determine your marketability. In marketing yourself, it's the results that count. A soccer forward who scores in every game is easier to market than one who doesn't. So make sure you're contributing something substantial and measurable every day. And make sure you keep a written record of your results, in case you forget!

6. If you lose your job, 80 percent of your marketing for a new position is already done. That's right. Your reputation, results, accomplishments, people skills, contributions, friendships are all a matter of record. If you've been a contributor, if you've been kind to others and easy-to-work-with, you'll be in better demand. If not, you won't. Nobody can create friendship for you if you haven't created it for yourself.

7. Changing fields, industries, and functional specialties is difficult. The more difficult it is, the bigger the change will be. Therefore, choose your career path carefully. As management expert Peter Drucker says, "The best way to predict the future is to plan it."

8. If you're fired or laid off, don't sue your former employer. Ask yourself why you didn't see it coming; or if you did see it coming. Ask yourself why you didn't do something about it. Figure out your part in causing the problem. Then set about creating a new, better life for yourself. There is a better life in your future.

9. Don't stay in a job you hate. Hating your job can kill you.

10. Success is difficult. If success were easy, everyone would be successful.

11. There's a special place for everyone. You can create the kind of future you want.

12. The workplace is fun and challenging. It can also be cruel and heartless. It rewards effort and planning, but tends to punish indifference and lack of preparation. Those who don't manage their careers, who just let things happen - often end up in painful, dead-end jobs and lifestyles.

13. You are in full control of your own future. No one can deny you a happy life if you decide to plan it and work for it. No one can stop you from becoming successful, but yourself.

14. It's never too late for a new beginning.

15. Align yourself with winners. Hang around with winners. Success really does rub off from others. "If you keep doing what you have always been doing, you're going to get what you've always gotten"

o O o

<rha-k>Yeah, 15 point di atas saya dapatkan via e-mail kiriman teman. Kalo ndak salah, ada buku motivasi sukses yg membahas tentang ini. Memang, secara aplikasi, orang timur berbeda dg orang barat. Dan kebanyakan buku2 motivasi itu ditulis oleh para ahli dari barat. Sebetulnya, ahli motivasi dari timur pun tdk sedikit, misalnya Kahlil Gibran (maaf jika salah eja). Yeah, darimana pun asalnya, dari siapa pun asalnya, jikalau ada hikmah yg bisa dipetik, mengapa tdk?</rha-k>

published by: Monsieur RaKah @ 8:45:00 AM

Monday, August 09, 2004

info kesehatan

BOTOL PLASTIK Mungkin sebagian dari kita mempunyai kebiasaan memakai ulang botol plastik (AQUA, VIT, dsb), menaruhnya di mobil atau di kantor. Kebiasaan ini tidak baik, karena bahan plastik botol (disebut juga sebagai polyethylene terephthalate atau PET) yang dipakai mengandung zat-zat karsinogen (atau DEHA). Botol ini aman untuk dipakai 1-2 kali saja, jika anda ingin memakainya lebih lama, tidak boleh lebih dari seminggu, dan harus ditaruh di tempat yang jauh dari sinar matahari. Kebiasaan mencuci ulang dapat membuat lapisan plastik rusak dan zat karsinogen itu bisa masuk ke air yang kita minum. Lebih baik membeli botol air yang memang untuk dipakai ber-ulang2, jangan memakai botol plastik.

PENGGEMAR SATE Kalau anda makan sate, jangan lupa makan timun setelahnya. Karena ketika kita makan sate sebetulnya ikut juga karbon dari hasil pembakaran arang yang dapat menyebabkan kanker. Untuk itu kita punya obatnya yaitu timun yang disarankan untuk dimakan setelah makan sate. Karena sate mempunyai zat karsinogen (penyebab kanker) tetapi timun ternyata punya anti-karsinogen. Jadi jangan lupa makan timun setelah makan sate.

UDANG DAN VITAMIN C Jangan makan udang setelah anda makan Vitamin C. Karena ini akan menyebabkan keracunan dari racun Arsenik (As) yang merupakan proses reaksi dari Udang dan Vitamin C di dalam tubuh dan berakibat keracunan yang fatal dalam hitungan jam.

MIE INSTAN Para penggemar Mi Instan, pastikan anda punya selang waktu paling tidak 3 (tiga) hari setelah anda mengkonsumsi Mi Instan, jika anda akan mengkonsumsinya lagi. Dari Informasi kedokteran, ternyata tedapat lilin yang melapisi mi instan. Itu sebabnya mengapa Mi Instan tidak lengket satu sama lainnya ketika dimasak.

Konsumsi Mie Instan setiap hari akan meningkatkan kemungkinan seseorang terjangkiti kanker. Seseorang, karena begitu sibuknya dalam berkarir sehingga tidak punya waktu lagi untuk memasak, sehingga diputuskannya untuk mengkonsumsi Mi Instan setiap hari. Akhirnya dia menderita kanker. Dokternya mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena adanya lilin dalam Mi Instan tersebut. Dokter tersebut mengatakan bahwa tubuh kita memerlukan waktu lebih dari 2 (dua) hari untuk membersihkan lilin tersebut.

Ada seorang pramugari SIA (Singapore Air) yang setelah berhenti dan kemudian menjadi seorang ibu rumah tangga, tidak memasak tetapi hampir selalu mengkonsumsi Mie Instan setiap kali dia makan. Kemudian akhirnya menderita kanker dan meninggal karenanya.

Jika kita perhatikan Mi China yang berwarna kuning yang biasa ditemukan di pasar, dari hasil pengamatan, mi yang belum dimasak tersebut akan terlihat seperti berminyak. Lapisan minyak ini akan menghindari lengketnya mi tersebut satu dengan lainnya.

Mi Wonton yang masih mentah biasanya ditaburkan tepung agar terhindar dari lengket. Ketika tukang masak akan memasak mi, dia memasaknya pertama-tama dalam air panas, kemudian dibilas/ditiriskan dengan air dingin sebelum dimasak dengan air panas lagi. Memasak dan meniriskan dengan cara ini akan dapat menghindari lengketnya mi tersebut satu sama lainnya. Tukang masak memberikan minyak dan saos pada mi tersebut agar tidak menjadi lengket ketika akan dikonsumsi secara kering (tanpa kuah).

Aturan masak dalam membuat Spaghetti (Mi Italy), akan dibutuhkan minyak dan mentega yang ditambahkan terlebih dahulu pada air rebusan Spaghetti untuk menghindari lengketnya pasta tersebut.

BAHAYA DIBALIK KEMASAN MAKANAN

Kemasan makanan merupakan bagian dari makanan yang sehari-hari kita konsumsi. Bagi sebagian besar orang, kemasan makanan hanya sekadar bungkus makanan dan cenderung dianggap sebagai "pelindung" makanan. Sebetulnya tidak tepat begitu, tergantung jenis bahan kemasan. Sebaiknya mulai sekarang anda cermat memilih kemasan makanan.

Kemasan pada makanan mempunyai fungsi kesehatan, pengawetan, kemudahan, penyeragaman, promosi dan informasi. Ada begitu banyak bahan yang digunakan sebagai pengemas primer pada makanan, yaitu kemasan yang bersentuhan langsung dengan makanan. Tetapi tidak semua bahan ini aman bagi makanan yang dikemasnya. Inilah ranking teratas bahan kemasan makanan yang perlu Anda waspadai.

Kertas. Beberapa kertas kemasan dan non-kemasan (kertas koran dan majalah) yang sering digunakan untuk membungkus makanan, terdeteksi mengandung timbal (Pb) melebihi batas yang ditentukan. Di dalam tubuh manusia, timbal masuk melalui saluran pernapasan atau pencernaan menuju sistem peredaran darah dan kemudian menyebar ke berbagai jaringan lain seperti ginjal, hati, otak, saraf dan tulang. Keracunan timbal pada orang dewasa ditandai dengan gejala 3 P, yaitu pallor (pucat), pain (sakit) dan paralysis (kelumpuhan). Keracunan yang terjadi pun bisa bersifat kronis dan akut. Untuk terhindar dari makanan yang terkontaminasi logam berat timbal, memang susah2 gampang. Banyak makanan jajanan seperti pisang goreng, tahu goreng dan tempe goreng yang dibungkus dengan koran karena pengetahuan yang kurang dari si penjual. Padahal bahan yang panas dan berlemak mempermudah berpindahnya timbal makanan tsb. Sebagai usaha pencegahan, taruhlah makanan jajanan tersebut di atas piring.

Styrofoam. Bahan pengemas styrofoam atau polystyrene telah menjadi salah satu pilihan yang paling populer dalam bisnis pangan. Tetapi, riset terkini membuktikan bahwa styrofoam diragukan keamanannya. Styrofoam yang dibuat dari kopolimer styren ini menjadi pilihan bisnis pangan karena mampu mencegah kebocoran dan tetap mempertahankan bentuknya saat dipegang. Selain itu, bahan tersebut juga mampu mempertahankan panas dan dingin tetapi tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan bahan yang dikemas, biaya murah, lebih aman, serta ringan.

Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia akibat bahan kimia karsinogen dalam makanan... Demikianlah [end of article]

published by: Monsieur RaKah @ 2:41:00 PM

Friday, August 06, 2004

mengelola karier

Berpikir Tak Punya Pekerjaan

Hanya setelah bertahun-tahun dan bekerja keras, seseorang dapat mencapai karier yang didambakan. Mengelola karier bukan pekerjaan sehari. Seseorang harus terus menerus menjalani jalan yang melelahkan untuk meraihnya.

Ketika merencanakan karier, anda harus menyadari bahwa karier tak dapat dicapai secara instan. Kuncinya, lakukan fokus secara tepat dengan langkah setapak demi setapak.

Pengetahuan memberikan rasa percaya diri. Seseorang harus sangat kuat secara mendasar. Dasar yang lemah tak dapat diterima di mana-mana. Karena itu, ia harus memikirkan karier sebelum menetapkan keterampilan, berinteraksi, dan mengambil pekerjaan di industri apa.

Pengetahuan, sikap, dan kerja keras anda harus tampak. Harus ada upaya-upaya yang sesuai agar pekerjaan dan kemampuan anda diketahui orang lain.

Prestasi anda merupakan kartu untuk masa depan. Itu akan membantu anda "laku" di pasar kerja. Berusahalah untuk selalu menyumbang sesuatu yang penting setiap hari. Buatlah catatan apa yang sudah anda lakukan dan bagaimana hasilnya.

Kemampuan SDM sama pentingnya dengan keahlian teknis. Setiap orang harus berpikir bahwa karier itu sama dengan kampanye ke-PR (public relations)-an. Seakan kantor politisi, tujuan anda membuat sebanyak mungkin orang menyukai anda secepat mungkin, dan tetap menyukai anda. Karena itu setiap orang, baik lelaki, perempuan, yunior, atau senior -- itu penting. Perlakukan semuanya dengan ramah dan hormat. Bahkan dalam pekerjaan-pekerjaan yang sangat teknis pun, anda harus tetap bekerja sama dengan orang lain.

Ketika ada masalah, jangan menyalahkannya pada orang lain atau memaklumi diri sendiri. Kenali kesalahan seseorang dan camkan itu agar anda tidak mengulanginya. Ketika menghadapi tantangan, ucapkan pada diri anda, "Akulah yang mengontrol masa depanku sendiri. Tak seorang pun dapat menghalangi kebahagiaanku jika aku merencanakannya dan berhasil meraihnya. Akhirnya, tak seorang pun dapat menghentikan aku dari sukses kecuali diriku sendiri."

Sebaiknya selalu memiliki rencana B. Pada suatu hari pekerjaan anda sekarang akan berakhir, bahkan bila anda memiliki perusahaan sendiri! Karena itu, pikirkan jangka pendek. Jangan anggap enteng peluang yang ada sekarang. Belajar dari profesi konsultan. Mereka selalu digambarkan sebagai "Seseorang yang bangun setiap hari tanpa pekerjaan."

Anda harus merasa hal serupa. Setiap bangun tidur di pagi hari, rasakan sebagai orang yang tak punya pekerjaan, dan terus menerus pakai rasa ini untuk menunjukkan diri anda mampu bekerja dengan baik pada hari itu. Hargai pekerjaan anda, tapi pikirkan apa yang mungkin terjadi di masa mendatang dan karena itu sebaiknya memiliki rencana B.

Para employer (boss) biasanya akan merekrut teman-temannya sendiri. Jika menggaji orang yang tak dikenal, mereka berpikir sedang menggaji orang asing. Makanya ketika perusahaan merekrut sekelompok orang yang tak dikenal, mereka akan melakukan wawancara, tes, dan menyortir dengan ketat. Miliki strategi karier yang bagus. Yakni, selain selalu memperbarui kemampuan dan keahlian dan mencapai sebanyak mungkin dua hal itu, tingkatkan persahabatan yang dalam dan kekal.

Anda, misalnya, harus terus berinteraksi dengan alumni. Namun pertemuannya tak sebatas acara alumni. Sebaliknya, mesti ada pertemuan informal yang mengungkapkan gagasan-gagasan penting dan berguna (cis/beberapa sumber)

published by: Monsieur RaKah @ 2:42:00 PM

Thursday, August 05, 2004

Tujuh Prinsip Entrepreneur Sukses

Seorang entrepreneur (pengusaha) yang sukses wajib memiliki tujuh karakteristik. Tanpa ketujuh prinsip itu, seseorang akan sulit menjadi seorang entrepreneur yang sukses. Apa saja ketujuh prinsip itu? Ada tujuh profil kepribadian yang bisa membuat seseorang cocok disebut entrepreneur yang baik.

Yang pertama adalah high achiever atau ambisius. Entrepreneur rata-rata memiliki kemauan yang keras dan keinginan untuk mencapai sesuatu yang tinggi. Biasanya entrepreneur mempunyai karakter high achiever tersebut. Jadi dia mempunyai semangat untuk mencapai sesuatu yang tinggi.

Ke dua, risk taker atau orang yang berani mengambil resiko dalam kehidupan ini. Semua entrepreneur, baik besar atau kecil, adalah orang-orang yang masuk kategori risk taker. Mereka tidak hanya sekedar puas dengan hanya mendapat gaji di tanggal 30 saja, tetapi mau beresiko. Mungkin bisa gagal ataupun sukses.

Ke tiga, opportunity analyzer atau orang yang selalu berhasil menganalisa setiap kesempatan yang ada. Ia mampu melihat apakah saat ini ada sesuatu yang menguntungkan jika dilaksanakan. Seorang yang constantly thinking about opportunity.

Ke empat problem solver. Entrepreneur selalu bisa mencoba menyelesaikan masalah dan bukan sebaliknya, yakni mencari masalah. Jadi all entrepreneurs must be problem solver. Karena dalam bisnis akan selalu muncul satu, dua, tiga, empat hingga puluhan masalah. Anda harus mampu men-solve semua problem tersebut.

Ke lima, emotional attachment, yakni ikatan batin antara seorang entrepreneur sukses dengan apa yang dia lakukan.

Ke enam, self confidence. Hampir semua entrepreneur sukses yang saya kenal mempunyai sebuah kebanggaan dan kemampuan menganalisa bahwa mereka mampu. Hal itu adalah salah satu karakter yang umum yang dijumpai pada seorang entrepreneur sukses. Mereka biasanya mempunyai self confidence yang tinggi atau mempunyai percaya diri yang luas.

Ke tujuh, high energy level, yakni mempunyai semangat yang luar biasa. Dalam sebuah bisnis yang baru mulai, akan selalu ada kesulitan. Anda diharapkan untuk tidak tidur malam karena harus lembur. Besok paginya harus bangun pagi karena harus bekerja lagi. Sehingga bila Anda tidak mempunyai semangat dan energi yang tinggi, Anda tidak akan sukses.

Bila disimpulkan, ketujuh profil itu adalah high achiever, risk taker, opportunity analyzer, problem solver, emotional attachment, self confidence dan high energy level. Dengan memiliki tujuh profil itu, kami yakin seseorang bisa dipastikan akan menjadi entrepreneur yang sukses.

Kini Anda dapat Anda melakukan tes pada diri sendiri, apakah Anda cocok menjadi seorang entrepreneur atau tidak. Semoga artikel ini bisa memberi gambaran, apa yang harus Anda miliki kalau ingin menjadi entrepreneur yang sukses.

published by: Monsieur RaKah @ 7:48:00 AM

"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..."
(Pramoedya Ananta Toer)

.: BrainStorming dari KITA, oleh KITA, dan untuk KITA :.

Previous post: Memerdekakan Diri dari Penjajahan Kata-Kata... Empat Sadar... Geopolitik Indonesia Menyongsong 2024... Rudy Habibie dan Rudy Chaerudin, sukses Mana?... k-s-d... sebagian malam di Balai Komando... ungu violet... garam... Cerita Sang Tua... masih hidup...

Archives: October 2003... November 2003... December 2003... January 2004... March 2004... April 2004... May 2004... June 2004... July 2004... August 2004... September 2004... October 2004... December 2004... March 2005... April 2005... June 2005... August 2005... November 2005... November 2008... October 2020... December 2020... August 2021...

 
     
 
  Mardi-k Lab. (contact) 1996-sekarang