<$BlogRSDUrl$>
ini untuk banner blogger
  tempatkita       tempatku  
   
 
     
 

Thursday, July 29, 2004

p o e m

Bunga & Tembok

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kaukehendaki tumbuh
engkau lebih suka membangun
rumah dan merampas tanah

seumpama bunga
kami adalah bunga yang tak
kaukehendaki adanya
engkau lebih suka membangun
jalan raya dan pagar besi

seumpama bunga
kami adalah bunga yang
dirontokkan di bumi kami sendiri

jika kami bunga
engkau adalah tembok
tapi di tubuh tembok itu
telah kami sebar biji-biji
suatu saat kami akan tumbuh bersama
dengan keyakinan: engkau harus hancur!

dalam keyakinan kami
di mana pun, tirani harus tumbang!

oleh: Widji Thukul
Solo, 87-88

published by: Monsieur RaKah @ 9:56:00 AM

Friday, July 23, 2004

pribadi disukai

Berikut ini, 10 pribadi yang disukai. Sudah beredar dalam bentuk e-mail :)

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura-pura, mencari-cari alasan atau memutarbalikkan fakta. Prinsipnya "Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak". Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendahan hati justru mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa membuat orang yang di atasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya tidak merasa minder.

Kesetiaan sudah menjadi barang langka dan sangat tinggi harganya. Orang yang setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janjinya, mempunyai komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

Orang yang bersikap positif selalu berusaha melihat segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dsb.

Karena tidak semua orang dikaruniai tempramen ceria, maka keceriaan tidak harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh, tapi sikap hati. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain.

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seeorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

Orang yang Easy Going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.

Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja pendengar yang baik, tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain. Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.

Semoga bermanfaat bagi anda...

published by: Monsieur RaKah @ 11:21:00 AM

Monday, July 19, 2004

penyakit kronis

Menyalahkan orang lain

Itu penyakit P dan K, yaitu primitif dan kekanak-kanakan. Menyalahkan orang lain adalah pola pikir orang primitif. Di pedalaman Afrika, kalau ada orang yang sakit, yang dipikirkan adalah: Siapa nih yang nyantet? Selalu "siapa". Bukan "apa" penyebabnya, tapi "siapa". Bidang kedokteran modern selalu mencari tahu "apa" sebabnya, bukan "siapa". Jadi kalau kita berpikir menyalahkan orang lain, itu sama dengan sikap primitif. Pakai koteka aja deh, nggak usah pakai dasi dan jas. Kekanak-kanakan. Kenapa? Anak-anak selalu nggak pernah mau disalahkan. Kalau ada piring yang jatuh, "Adik tuh yang salah" atau "mBak tuh yang salah"... Anda pakai celana monyet aja kalau bersikap begitu. Kalau kita manusia yang berakal dan dewasa semestinya selalu mencari sebab, kenapa demikian, sebabnya ini apa?

Menyalahkan diri sendiri

Menyalahkan diri sendiri bahwa dirinya merasa tidak mampu. Anda pernah mengalaminya? Kalau anda bilang tidak pernah, berarti anda bohong sama saya. "Ah, dia sih bisa, dia ahli, dia punya jabatan, dia berbakat dlsb, Lha saya ini apa? Wah saya nggak bisa deh. Dia S3, lha saya SMP, wah nggak bisa deh. Dia punya waktu banyak, saya sibuk, pasti nggak bisa deh."

Penyakit ini seperti kanker, tambah besar, besar di dalam diri sehingga bisa mencapai "improper guilty feeling". Jadi walau yang salah partner, anak buah, atau bahkan atasan, berani bilang "Saya kok yang memang salah, tidak mampu dlsb."

Penyakit ini pelan-pelan bisa membunuh kita. Merasa inferior, kita tidak punya kemampuan. Kita sering membandingkan keberhasilan orang lain dengan kekurangan kita. Penyakit ini tidak akan memecahkan persoalan, menutupi kelemahan. Insting kita selalu tidak mau terlihat lemah.

Tidak punya goal/cita-cita

Kita sering terpaku dengan kesibukan kerja, tetapi arahnya tidak jelas. Sebaiknya kita selalu mempunyai target kerja dengan milestone. Target jangka panjang dan jangka pendek secara tertulis.

Ilustrasi: Ada anjing jago lari yang sombong. Apa sih yang nggak bisa saya kejar, kuda aja kalah sama saya. Kemudian ada kelinci lompat-lompat, kiclik, kiclik, kiclik. Temannya bilang: "Nah tuh ada kelinci, kejar aja". Dia kejar itu kelinci, wesss.... kelinci lari lebih kencang, anjingnya ngotot ngejar dan kelinci lari sipat-kuping sampai nggak dengar/peduli apa-apa), dan akhirnya nggak terkejar, kelinci masuk pagar.

Anjing kembali lagi ke temannya dan diketawain. "Ah lu, katanya jago lari, sama kelinci aja nggak bisa kejar. Katanya lu paling kencang". "Lha dia goalnya untuk tetap hidup sih, survive, lha gua goalnya untuk "fun" aja sih. Kalau "goal" kita hanya untuk "fun", isi waktu aja, ya hasilnya cuma terengah-engah saja.

Mempunyai "goal", tapi salah

Biasanya dialami oleh orang yang tidak "teachable". Goalnya salah, fokus kita juga salah, jalannya juga salah, arahnya juga salah.

Ilustrasi: Di Beijing ada pemuda yang terobsesi dengan emas, karena pengaruh tradisi yang mendewakan emas. Pemuda ini pergi ke pertokoan dan mengisi karungnya dengan emas dan seenaknya ngeloyor pergi. Tentu saja ditangkap polisi dan ditanya. Jawabnya: Pokoknya saya mau emas, saya nggak mau lihat kiri-kanan.

Mengambil jalan pintas, shortcut

Keberhasilan tidak pernah dilalui dengan jalan pintas. Jalan pintas tidak membawa orang ke kesuksesan yang sebenarnya, real success, karena tidak mengikuti proses. Kalau kita menghindari proses, ya nggak matang, kalaupun matang ya dikarbit. Jadi, tidak ada tuh jalan pintas.

Ronaldo jadi pemain sukses dengan latihan 6 jam per hari. Pemain bulutangkis Indonesia bangun jam 5 pagi, lari keliling Senayan, melakukan smesh 1000 kali. Itu bukan jalan pintas. Nggak ada orang yang leha-leha tiap hari pakai sarung, terus tiba-tiba jadi juara bulutangkis. Nggak ada!

Kalau anda disuruh taruh uang 1 juta, dalam 3 minggu jadi 3 juta, masuk akal nggak tuh? Nggak mungkin! Karena hal itu melawan kodrat.

Mengambil jalan terlalu panjang, terlalu santai

Analoginya begini: Pesawat terbang untuk bisa take-off, harus mempunyai kecepatan minimum. Pesawat Boeing 737, untuk dapat take-off, memerlukan kecepatan minimum 300km/jam. Kalau kecepatan dia cuma 50km/jam, ya cuma ngabis-ngabisin avtur aja, muter-muter aja. Lha kalau jalannya, runwaynya lurus anda cuma pakai kecepatan 50 km/jam, ya nggak bisa take-off, malah nyungsep iya. Iya kan?

Mengabaikan hal-hal yang kecil

Dia maunya yang besar-besar, yang heboh, tapi yang kecil-kecil nggak dikerjain. Dia lupa bahwa struktur bangunan yang besar, pasti ada komponen yang kecilnya. Maunya yang hebat aja. Mengabaikan hal kecil aja nggak boleh, apalagi mengabaikan orang kecil.

Terlalu cepat menyerah

Jangan berhenti kerja pada masa percobaan 3 bulan. Bukan mengawali dengan yang salah yang bikin orang gagal,tetapi berhenti pada tempat yang salah. Mengawali dengan salah bisa diperbaiki, tetapi berhenti di tempat yang salah repot sekali.

Bayang-bayang masa lalu

Wah puitis sekali, saya suka sekali dengan yang ini. Karena apa? Kita selalu penuh memori kan? Apa yang kita lakukan, masuk memori kita, lalu membuat, minimal sebagai pertimbangan kita untuk langkah kita berikutnya. Apalagi kalau kita pernah gagal, nggak berani untuk mencoba lagi. Ini bisa balik lagi ke penyakit nomer-3.

Kegagalan sebagai akibat bayang-bayang masa lalu yang tidak terselesaikan dengan semestinya. Itu bayang-bayang negatip. Bayang bayang positip juga ada, jadi ngocol, orang sukses dia.

Masa depan kadang-kadang menakutkan, karena kita nggak tahu kan? Memori kita kadang-kadang sangat membatasi kita untuk maju ke depan. Kita kadang-kadang lupa bahwa hidup itu maju terus. "Waktu" itu maju kan? Ada nggak yang punya jam yang jalannya terbalik?? Nggak ada kan? Semuanya maju, hidup itu maju. Lari aja ke depan, kalaupun harus jatuh, pasti ke depan kok. Orang yang berhasil, pasti pernah gagal. Itu memori negatip yang menghalangi kesuksesan. Ada juga memori kesuksesan yang juga bisa menjadi penyakit seperti penyakit nomer 10 ini.

Menghipnotis diri dengan kesuksesan yang kadang-kadang semu

up to you now!
:: situs bagus ::

published by: Monsieur RaKah @ 8:12:00 PM

Monday, July 05, 2004

presiden pilihan

TIDAK MUDAH (untuk) bisa menjadi pilihan semua orang. Karena berarti harus sesuai dengan pilihannya (secara kriteria), harapannya, idealisasinya. Yang bisa adalah mendekati keinginan sebagian orang. Tinggal bagaimana meyakinkan sisanya.

Ketika sekarang begitu banyak orang merasa yakin bisa memenuhi pilihan, yang terjadi bukan berarti cukup banyak orang tersedia yang bisa memenuhi keinginan banyak orang. Tetapi, semakin terdesaknya harapan-harapan, sehingga sudah pasti orang terpilih bukan orang yang mewakili semua orang.

Dalam sistem bernegara dimana presiden terpilih adalah pilihan sedikit sisa dari pilihan yang lain, seringkali si terpilih menjadi lupa bahwa dia memiliki tugas berat (untuk) meyakinkan mereka yang tidak memilihnya. Akibatnya, ketidakyakinan perlahan merayapi seiring tidak mudahnya kepercayaan dilekatkan pada diri seseorang.

Presiden pilihan bukanlah presiden dimana semua orang setuju terhadapnya. Presiden pilihan adalah yang paling berhak untuk melakoni persetujuan sebagian orang tanpa sebagian lainnya berusaha memikirkan untuk merintanginya. Sementara presiden pilihan sesungguhnya belum merupakan tradisi, maka berarti akan ada banyak rintangan terhadap persetujuan dimana sebagian yang lain akan tetap memikirkan untuk memperbesar ketidakyakinannya.

Jawaban atas soal ini adalah, presiden pilihan selayaknya yang memiliki paling sedikit cacat. Sedikit cacat berarti memiliki tugas lebih sedikit memperbaiki cacat sambil memperjuangkan penyempurnaan ketidaksetujuan terhadapnya. Cacat yang banyak (menyebabkan) semakin besar kesempatannya untuk hal tersebut, karena banyak tugas dalam memperbaiki cacat-cacatnya.

Cacat sosial dalam hal ini yang paling berbahaya. Karena dia bukan sekedar tidak lengkap, dia seperti luka yang tidak bisa disembuhkan dan mudah membesar. Begitu luka-luka itu membesar, tersedotlah energinya untuk melakoni persetujuan dan meyakinkan ketidaksetujuan.

Sisa waktu kita untuk menentukan pilihan tinggal sedikit. Cita-cita, harapan, idealisasi sudah dipancangkan. Namun, orang yang dituju (mungkin) masih samar. Semestinya, para calon terpilih semakin menunjukkan jati dirinya, di tengah kalangan diamana semua pasang mata hendak tertuju. Seandainya kesamaran para calon bisa diakhiri dengan calon ideal, (maka) tinggal sedikit lagi agenda pilihan harus ditentukan.

Tetapi tampaknya, calon ideal dikabarkan jauh dari ideal. Maka agenda kali ini sebetulnya akan lebih rumit dari yang dibayangkan. Membangun tradisi pilihan saja sulit, apalagi meyakinkan pilihan tersebut sudah sesuai. Tampaknya dalam beberapa waktu ke depan, akan begitu banyak persoalan yang (mesti) diselesaikan. Entah menjadi tugas para calon (presiden), mungkin juga menjadi tugas para pemilih. Entah.

published by: Monsieur RaKah @ 9:12:00 PM

"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..."
(Pramoedya Ananta Toer)

.: BrainStorming dari KITA, oleh KITA, dan untuk KITA :.

Previous post: Memerdekakan Diri dari Penjajahan Kata-Kata... Empat Sadar... Geopolitik Indonesia Menyongsong 2024... Rudy Habibie dan Rudy Chaerudin, sukses Mana?... k-s-d... sebagian malam di Balai Komando... ungu violet... garam... Cerita Sang Tua... masih hidup...

Archives: October 2003... November 2003... December 2003... January 2004... March 2004... April 2004... May 2004... June 2004... July 2004... August 2004... September 2004... October 2004... December 2004... March 2005... April 2005... June 2005... August 2005... November 2005... November 2008... October 2020... December 2020... August 2021...

 
     
 
  Mardi-k Lab. (contact) 1996-sekarang