<$BlogRSDUrl$>
ini untuk banner blogger
  tempatkita       tempatku  
   
 
     
 

Tuesday, June 28, 2005

ungu violet

Lando, full-time photographer yg tergolong sukses dalam karir maupun kehidupan pribadinya. Suatu ketika mendapati dirinya terpuruk dalam hubungan mesra dengan kekasihnya, Rara meninggalkan Lando karena leukimia yg secara ilmu medis telah mematok batas umur Lando.

Kalin, penjaga loket tiket busway jurusan Blok M pp Kota. Gadis cantik sederhana, pulang pergi rumah tempat kerja menggunakan jasa angkutan umum. Baru satu bulan tinggal di Jakarta, di rumah Eyang alias neneknya, ayah dan ibunya tewas karena kecelakaan lalu lintas.

Setelah sekian hari absen, Lando masuk kerja dengan menunjukkan foto2 pencopetan dalam sebuah metromini. Rudi sang editor pun agak kecewa dengan hasil kerja Lando, Rudi mengharapkan wajah baru yg memiliki pesona untuk dijadikan profil sampul majalah tempat mereka bekerja.

Di petak kamar sewa, Lando penat memandangi foto2 pencopetan dan tanpa sengaja menemukan wajah baru yg memiliki pesona pada salah satu lembar di kumpulan foto itu.

Pada sebuah perjalanan Lando menuju tempat kerja, ketika membeli tiket busway. Yup, Kalin dan Lando beradu tatap tanpa kata2 hingga transaksi tiket busway di antara mereka selesai.

Malam hari itu, Lando mengawasi loket tiket busway tempat Kalin bekerja, dari kejauhan, hingga jam kerja Kalin selesai. Dan ketika Kalin berjalan pulang, Lando mengikutinya. Kalin berhenti, duduk dekat tiang sebuah halte bus. Lando pun duduk pada halte yg sama, hanya berbatas tiang halte. Lando menendang botol minuman bekas dan memancing perhatian Kalin. Lando membuka percakapan sekedar basa-basi. Kemudian Lando bangkit dari duduknya, memberi isyarat pada Kalin supaya bergeser duduk dan memberi ruang duduk tepat bersebelahan. Ketika tiada lagi tiang halte membatasi mereka, Lando melanjutkan percakapan dan berterus terang bermaksud berkenalan dengan Kalin. Dengan ramah Kalin tersipu.

Lando menunjukkan foto2 yg mengandung wajah Kalin. Lando mengutarakan maksudnya untuk menjadikan Kalin sebagai model foto, lagi2 Kalin tersipu malu. Ternyata Kalin menunggu Eyang datang. Dan ketika Eyang datang, dengan agak kikuk Lando menyampaikan pesan pada Kalin untuk menghubunginya apabila bersedia menjadi model foto. Hujan membasahi Jakarta. Kalin dan Eyang sampai dan mendapati atap rumah yg bocor. Ketika hendak mengangkat ember, Eyang jatuh pingsan. Eyang tersadar di rumah sakit, Kalin menanggung biaya rumah sakit yg tidak murah untuk ukuran penghasilan seorang penjaga loket tiket busway.

Kalin mengunjungi Lando di petak kamar sewanya, mengejutkan Lando. Langsung pada tujuan, Kalin bersedia menjadi model foto, kapan mulai pemotretan? Lando mengambil kamera, Kalin bergaya seadanya.

Pada sebuah perjalanan Lando menuju tempat kerja, di loket tiket busway. Yup, sambil tersenyum Lando memberikan sebuah majalah pada Kalin, majalah yg bersampul foto wajah Kalin. Perasaan Kalin bahagia. Kalin ingin berterima kasih kepada Lando, namun amat sulit untuk bertemu empat mata dengan Lando.

Ketika hubungan Kalin dan Lando kian dekat, terjadilah ciuman pertama yg menghentak dan mengingatkan Lando akan kepergian Rara. Lando menyuruh Kalin pulang dan menghentikan hubungan mereka, agar tidak semakin jauh melibatkan perasaan. Kalin kecewa.

Karir Kalin sebagai model foto meroket. Kalin menjadi terkenal dengan Riza sebagai promotor. Ketika Riza melamar Kalin untuk dijadikan istri, Lando datang mengejutkan, membuat cincin pemberian Riza terjatuh dan tidak jadi terpasang di jari manis Kalin. Kalin menjauh dari Riza, bersama Lando berjalan ke ruang sebelah. Lando berusaha menjelaskan mengapa dia mengusir Kalin beberapa waktu yg lalu, namun Kalin membalik alasan dan memojokkan Lando. Lando terdiam, Lando merasa lunas karena sudah berhasil menyampaikan penjelasan sekaligus permohonan maafnya secara langsung.

Kalin membisu, mengambil minuman, bermaksud mengendalikan diri. Namun, secara emosional Kalin mengejar Lando yg sudah menjauh. Naas, sebuah mobil menabrak Kalin. Gelas minuman yg dipegang Kalin terlepas terlempar ke udara, jatuh tepat tak jauh dari wajah Kalin, pecahannya melukai mata Kalin, merusak kornea yg menyebabkan kebutaan.

Di rumah sakit, Kalin dan Lando duduk di kursi taman. Kalin meminta Lando berjanji, tidak akan mati sebelum mata Kalin sembuh dan dapat melihat Lando lagi. Di atap petak kamar sewa, Lando membakar obat2 Leukimia, Lando pasrah pada apapun yg akan terjadi.

Ketika tersedia donor kornea, operasi mata Kalin pun dilaksanakan. Kalin dapat melihat lagi. Namun kini Lando semakin lemah. Sesuatu yg sangat berarti adalah sesuatu yg kita merasa sakit dan pedih ketika kita kehilangannya. Terima kasih untuk Dian Sastro Wardoyo, wanita Indonesia masa kini.

Official Website, Ungu Violet

published by: Monsieur RaKah @ 2:02:00 PM

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..."
(Pramoedya Ananta Toer)

.: BrainStorming dari KITA, oleh KITA, dan untuk KITA :.

Previous post: garam... Cerita Sang Tua... masih hidup... Mengenali Tanda-Tanda Kematangan Diri... flight... s m i l e... a r t i c l e... r i e n... agama = baik... the difference...

 
     
 
  Mardi-k Lab. (contact) 1996-sekarang