Tuesday, September 28, 2004
s m i l e
The BARBER
There is this good old barber in some city in the US. One day a florist
goes to him for a haircut. After the cut, he goes to pay the barber and
the barber replies, "I am sorry. I cannot accept money from you. I am
doing community service." The Florist is happy and leaves the shop. The
next morning when the barber goes to open his shop, there is a thank you
card and a dozen roses waiting at his door.
A policeman goes for a haircut and he also goes to pay the barber after
the cut. But the barber replies, "I am sorry. I cannot accept money from
you. I am doing community service." The cop is happy and leaves the
shop. The next morning the barber goes to open his shop, there is a
thank you card and a dozen donuts waiting at his door.
An Indonesian software engineer goes for a haircut and he also goes to
pay the barber after the cut. But the barber replies, "I am sorry. I
cannot accept money from you. I am doing community service." The
Indonesian software engineer is happy and leaves. The next morning when
the barber goes to open his shop, guess what he finds there...
Can you guess?
Do you know the answer yet?
Come on, think like an Indonesian...
published by: Monsieur RaKah @ 3:00:00 PM
Wednesday, September 22, 2004
a r t i c l e
Surat
untuk Presiden Baruku
Kepada Yang Terhormat
Bapak SBY
di tempat
Assalaamu'alaikum.
Apa kabar, Pak? Aku berharap Bapak baik-baik saja seperti aku saat
ini.
Bapak, namaku Faiz. Sekarang aku duduk di kelas III SD. Aku suka sekali
membaca dan menulis. Alhamdulillah aku sudah menerbitkan dua buku. Tahun
lalu aku mengirim surat pada Ibu Presiden. Kata orang suratku lucu. Ibu
Mega sempat juga membalasnya.
Bapak sayang, selamat ya sudah dipilih rakyat sebagai Presiden Indonesia
yang baru. Selain bersyukur, aku tahu Bapak pasti deg-degan. Soalnya
menjadi Presiden itu kan susah. PR-nya banyak sekali, lebih banyak dari
PR seluruh murid sekolah di dunia ini.
Aku tahu juga sedikit tentang PR itu, Pak. Misalnya PR bagaimana membuat
rakyat tersenyum. Kan susah ya Pak. Kalau semua harga mahal, untuk
makan, berobat dan sekolah saja susah, bagaimana rakyat mau tersenyum?
Apalagi cari pekerjaan pun sukar sekali. Kudengar di luar negeri banyak
tenaga kerja kita yang disiksa. Terus juga PR untuk membuat negeri kita
lebih aman. Agar jangan banyak orang jahat berkeliaran, apalagi bawa bom
segala. Kami takut sekali.
Kalau bisa nanti negeri kita tidak mendapat rangking I lagi untuk
korupsi. Sedih kalau ingat itu. Padahal teman-teman kecilku banyak yang
harus berjuang di jalanan. Padahal negeri kita kaya. Makanya aku harap
Bapak bisa peka dan tegas. Mimpiku sih ingin punya presiden yang dekat
sekali dengan rakyat. Tidak malu makan di warung, sering jalan ke tempat
kumuh, ngobrol dengan orang kecil seperti aku dan sering tersenyum.
Bapak yang ganteng dan pintar,
Betapa berat menjadi presiden yang tumbuh dari duka lara rakyat. Apalagi
rakyatnya selalu berharap terus seperti aku. Ya seperti yang Bapak
bilang, Bapak tak bisa berjuang sendirian, tapi bersama kita bisa! Aku
yakin itu!
Aku juga ingat kata Bunda, kalau kita menjadi orang baik dan punya hati
yang bersih, kita akan dicintai tidak hanya di bumi tapi juga di langit.
Makanya aku berdoa semoga nanti tak ada lagi airmata duka. Hanya ada
pelangi di mata kita. Seperti lagu yang sering Bapak nyanyikan itu
loh.
Selamat berjuang, Presiden baruku. Aku akan selalu mendoakan Bapak. Tapi
kalau Bapak salah, biarpun Bapak Presiden, Doktor dan Jendral berbadan
tegap, aku boleh menegur ya? Dan Bapak jangan marah ya, sebab itu aku
lakukan karena cinta.
Jakarta, 21 September 2004
Salam hormat
Abdurahman Faiz
Kelas III SDN 02 Cipayung, Jakarta Timur >
*Abdurahman Faiz, lahir 15 November 1995, adalah pemenang Lomba Menulis
Surat untuk Presiden tingkat nasional yang diadakan DKJ 2003. Penulis
buku kumpulan puisi: Untuk Bunda dan Dunia (DAR! Mizan 2004) dan Guru
Matahari (DAR! Mizan 2004) ini juga aktif di Forum Lingkar Pena Kids dan
sering diundang membacakan karyanya dalam berbagai forum.
published by: Monsieur RaKah @ 1:12:00 PM
Tuesday, September 21, 2004
r i e n
Rien, aku ingat kembali padamu
kenangan manis bersamamu tak kan kulupa
dan kini, aku yakin kau masih menunggu
sejuta bahagia yang pernah kita rasakan
masihkah kamu merindukan aku
disaat kau sendiri, tanpaku...
Rien, aku harap kau masih menunggu
maafkan aku karna, kepergianku
tak mungkin, aku tinggalkan gadis dambaan
semua terjadi bukan karena mauku
masihkah kamu merindukan aku
disaat kau sendiri, tanpaku...
datanglah kepadaku... dan peluk diriku...
akan kulepas semua rinduku
ku berjanji padamu tak kan kulepas dirimu lagi...
Rien, aku harap kau masih menunggu
maafkan aku karna, kepergianku
tak mungkin, aku tinggalkan gadis dambaan
semua terjadi bukan karena mauku
masihkah kamu merindukan aku
disaat kau sendiri, tanpaku...
datanglah kepadaku... dan peluk diriku...
akan kulepas semua rinduku
ku berjanji padamu tak kan kulepas dirimu lagi...
....
datanglah kepadaku... dan peluk diriku...
akan kulepas semua rinduku
ku berjanji padamu tak kan kulepas dirimu lagi...
datanglah kepadaku... dan peluk diriku...
akan kulepas semua rinduku
ku berjanji padamu tak kan kulepas dirimu lagi...
datanglah kepadaku... dan peluk diriku...
akan kulepas semua rinduku
ku berjanji padamu tak kan kulepas dirimu lagi...
published by: Monsieur RaKah @ 5:16:00 PM
Thursday, September 09, 2004
agama = baik
kepemimpinan
Orang Beragama atau Orang Baik?
Seorang lelaki berniat untuk menghabiskan seluruh
waktunya untuk beribadah. Seorang nenek yang merasa iba melihat
kehidupannya membantunya dengan membuatkan sebuah pondok kecil dan
memberinya makan, sehingga lelaki itu dapat beribadah dengan tenang.
Setelah berjalan selama 20 tahun, si nenek ingin
melihat kemajuan yang telah dicapai lelaki itu. Ia memutuskan untuk
mengujinya dengan seorang wanita cantik. "Masuklah ke dalam pondok,"
katanya kepada wanita itu, "Peluklah ia dan katakan Apa yang akan
kita lakukan sekarang?"
Maka wanita itu pun masuk ke dalam pondok dan melakukan
apa yang disarankan oleh si nenek. Lelaki itu menjadi sangat marah
karena tindakan yang tak sopan itu. Ia mengambil sapu dan mengusir
wanita itu keluar dari pondoknya.
Ketika wanita itu kembali dan melaporkan apa yang
terjadi, si nenek menjadi marah. "Percuma saya memberi makan orang itu
selama 20 tahun," serunya. "Ia tidak menunjukkan bahwa ia memahami
kebutuhanmu, tidak bersedia untuk membantumu keluar dari kesalahanmu. Ia
tidak perlu menyerah pada nafsu, namun sekurang-kurangnya setelah sekian
lama beribadah seharusnya ia memiliki rasa kasih pada sesama."
Apa yang menarik dari cerita di atas? Ternyata ada
kesenjangan yang cukup besar antara taat beribadah dengan memiliki budi
pekerti yang luhur. Taat beragama ternyata sama sekali tak menjamin
perilaku seseorang.
Ada banyak contoh yang dapat kita kemukakan di sini.
Anda pasti sudah sering mendengar cerita mengenai guru mengaji yang suka
memperkosa muridnya. Seorang kawan yang rajin shalat lima waktu
baru-baru ini di-PHK dari kantornya karena memalsukan dokumen. Seorang
kawan yang berjilbab rapih ternyata suka berselingkuh. Kawan yang lain
sangat rajin ikut pengajian tapi tak henti-hentinya menyakiti orang
lain. Adapula kawan yang berkali-kali menunaikan haji dan umrah tetapi
terus melakukan korupsi di kantornya.
Lantas di mana letak kesalahannya? Saya kira persoalan
utamanya adalah pada kesalahan cara berpikir. Banyak orang yang memahami
agama dalam pengertian ritual dan fiqih belaka. Dalam konsep mereka,
beragama berarti melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan melagukan
(bukannya membaca) Al Qur'an. Padahal esensi beragama bukan (hanya) di
situ. Esensi beragama justru pada budi pekerti yang mulia.
Kedua, agama sering dipahami sebagai serangkaian
peraturan dan larangan. Dengan demikian makna agama telah tereduksi
sedemikian rupa menjadi kewajiban dan bukan kebutuhan. Agama diajarkan
dengan pendekatan hukum (outside-in), bukannya dengan pendekatan
kebutuhan dan komitmen (inside-out). Ini menjauhkan agama dari makna
sebenarnya yaitu sebagai sebuah sebuah cara hidup (way of life), apalagi
cara berpikir (way of thinking).
Agama seharusnya dipahami sebagai sebuah kebutuhan
tertinggi manusia. Kita tidak beribadah karena surga dan neraka, tetapi
karena kita lapar secara rohani. Kita beribadah karena kita menginginkan
kesejukan dan kenikmatan batin yang tiada taranya. Kita beribadah karena
rindu untuk menyelami jiwa sejati kita dan merasakan kehadiran Tuhan
dalam keseharian kita. Kita berbuat baik bukan karena takut tapi karena
kita tak ingin melukai diri kita sendiri dengan perbuatan yang
jahat.
Ada sebuah pengalaman menarik ketika saya bersekolah di
London dulu. Kali ini berkaitan dengan polisi. Berbeda dengan di
Indonesia, bertemu dengan polisi di sana akan membuat perasaan kita aman
dan tenteram. Bahkan masyarakat Inggris memanggil polisi dengan
panggilan kesayangan: Bobby.
Suatu ketika dompet saya yang berisi surat-surat
penting dan sejumlah uang hilang. Kemungkinan tertinggal di dalam taksi.
Ini tentu membuat saya agak panik, apalagi hal itu terjadi pada
hari-hari pertama saya tinggal di London. Tapi setelah memblokir kartu
kredit dan sebagainya, saya pun perlahan-lahan melupakan kejadian
tersebut. Yang menarik, beberapa hari kemudian, keluarga saya di Jakarta
menerima surat dari kepolisian London yang menyatakan bahwa saya dapat
mengambil dompet tersebut di kantor kepolisian setempat.
Ketika datang kesana, saya dilayani dengan ramah.
Polisi memberikan dompet yang ternyata isinya masih lengkap. Ia juga
memberikan kuitansi resmi berisi biaya yang harus saya bayar sekitar 2,5
pound. Saking gembiranya, saya memberikan selembar uang 5 pound sambil
mengatakan, "Ambil saja kembalinya." Anehnya, si polisi hanya tersenyum
dan memberikan uang kembalinya kepada saya seraya mengatakan bahwa itu
bukan haknya. Sebelum saya pergi, ia bahkan meminta saya untuk mengecek
dompet itu baik-baik seraya mengatakan bahwa kalau ada barang yang
hilang ia bersedia membantu saya untuk menemukannya.
Hakekat keberagamaan sebetulnya adalah berbudi luhur.
Karena itu orang yang "beragama" seharusnya juga menjadi orang yang
baik. Itu semua ditunjukkan dengan integritas dan kejujuran yang tinggi
serta kemauan untuk menolong dan melayani sesama manusia.
published by: Monsieur RaKah @ 9:27:00 AM
Thursday, September 02, 2004
the difference
The Difference Between Focus on Problems, and Focus on Solutions
When NASA began the launch of astronauts into space, they found out that
the pens wouldn't work at zero gravity (Ink won't flow down to the
writing surface).
In order to solve this problem, they hired Andersen Consulting
(Accenture today). It took them one decade and 12 million dollars. They
developed a pen that worked at zero gravity, upside down, under water,
in practically any surface including crystal and in a temperature range
from below freezing to over 300 degrees C.
While... The Russians used a pencil....
published by: Monsieur RaKah @ 11:34:00 AM
"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..." (Pramoedya Ananta Toer)
.: BrainStorming dari KITA, oleh KITA, dan untuk KITA :.
Previous post:
Memerdekakan Diri dari Penjajahan Kata-Kata...
Empat Sadar...
Geopolitik Indonesia Menyongsong 2024...
Rudy Habibie dan Rudy Chaerudin, sukses Mana?...
k-s-d...
sebagian malam di Balai Komando...
ungu violet...
garam...
Cerita Sang Tua...
masih hidup...
Archives:
October 2003...
November 2003...
December 2003...
January 2004...
March 2004...
April 2004...
May 2004...
June 2004...
July 2004...
August 2004...
September 2004...
October 2004...
December 2004...
March 2005...
April 2005...
June 2005...
August 2005...
November 2005...
November 2008...
October 2020...
December 2020...
August 2021...
|