Lando, full-time photographer yg tergolong sukses dalam karir
maupun kehidupan pribadinya. Suatu ketika mendapati dirinya terpuruk dalam hubungan
mesra dengan kekasihnya, Rara meninggalkan Lando karena leukimia yg secara ilmu
medis telah mematok batas umur Lando.
Kalin, penjaga loket tiket busway jurusan Blok M pp Kota. Gadis
cantik sederhana, pulang pergi rumah tempat kerja menggunakan jasa angkutan
umum. Baru satu bulan tinggal di Jakarta, di rumah Eyang alias neneknya, ayah
dan ibunya tewas karena kecelakaan lalu lintas.
Setelah sekian hari absen, Lando masuk kerja dengan menunjukkan
foto2 pencopetan dalam sebuah metromini. Rudi sang editor pun agak kecewa dengan
hasil kerja Lando, Rudi mengharapkan wajah baru yg memiliki pesona untuk dijadikan
profil sampul majalah tempat mereka bekerja.
Di petak kamar sewa, Lando penat memandangi foto2 pencopetan
dan tanpa sengaja menemukan wajah baru yg memiliki pesona pada salah satu lembar
di kumpulan foto itu.
Pada sebuah perjalanan Lando menuju tempat kerja, ketika membeli
tiket busway. Yup, Kalin dan Lando beradu tatap tanpa kata2 hingga transaksi
tiket busway di antara mereka selesai.
Malam hari itu, Lando mengawasi loket tiket busway tempat Kalin
bekerja, dari kejauhan, hingga jam kerja Kalin selesai. Dan ketika Kalin berjalan
pulang, Lando mengikutinya. Kalin berhenti, duduk dekat tiang sebuah halte bus.
Lando pun duduk pada halte yg sama, hanya berbatas tiang halte. Lando menendang
botol minuman bekas dan memancing perhatian Kalin. Lando membuka percakapan
sekedar basa-basi. Kemudian Lando bangkit dari duduknya, memberi isyarat pada
Kalin supaya bergeser duduk dan memberi ruang duduk tepat bersebelahan. Ketika
tiada lagi tiang halte membatasi mereka, Lando melanjutkan percakapan dan berterus
terang bermaksud berkenalan dengan Kalin. Dengan ramah Kalin tersipu.
Lando menunjukkan foto2 yg mengandung wajah Kalin. Lando mengutarakan
maksudnya untuk menjadikan Kalin sebagai model foto, lagi2 Kalin tersipu malu.
Ternyata Kalin menunggu Eyang datang. Dan ketika Eyang datang, dengan agak kikuk
Lando menyampaikan pesan pada Kalin untuk menghubunginya apabila bersedia menjadi
model foto. Hujan membasahi Jakarta. Kalin dan Eyang sampai dan mendapati atap
rumah yg bocor. Ketika hendak mengangkat ember, Eyang jatuh pingsan. Eyang tersadar
di rumah sakit, Kalin menanggung biaya rumah sakit yg tidak murah untuk ukuran
penghasilan seorang penjaga loket tiket busway.
Kalin mengunjungi Lando di petak kamar sewanya, mengejutkan
Lando. Langsung pada tujuan, Kalin bersedia menjadi model foto, kapan mulai
pemotretan? Lando mengambil kamera, Kalin bergaya seadanya.
Pada sebuah perjalanan Lando menuju tempat kerja, di loket
tiket busway. Yup, sambil tersenyum Lando memberikan sebuah majalah pada Kalin,
majalah yg bersampul foto wajah Kalin. Perasaan Kalin bahagia. Kalin ingin berterima
kasih kepada Lando, namun amat sulit untuk bertemu empat mata dengan Lando.
Ketika hubungan Kalin dan Lando kian dekat, terjadilah ciuman
pertama yg menghentak dan mengingatkan Lando akan kepergian Rara. Lando menyuruh
Kalin pulang dan menghentikan hubungan mereka, agar tidak semakin jauh melibatkan
perasaan. Kalin kecewa.
Karir Kalin sebagai model foto meroket. Kalin menjadi terkenal
dengan Riza sebagai promotor. Ketika Riza melamar Kalin untuk dijadikan istri,
Lando datang mengejutkan, membuat cincin pemberian Riza terjatuh dan tidak jadi
terpasang di jari manis Kalin. Kalin menjauh dari Riza, bersama Lando berjalan
ke ruang sebelah. Lando berusaha menjelaskan mengapa dia mengusir Kalin beberapa
waktu yg lalu, namun Kalin membalik alasan dan memojokkan Lando. Lando terdiam,
Lando merasa lunas karena sudah berhasil menyampaikan penjelasan sekaligus permohonan
maafnya secara langsung.
Kalin membisu, mengambil minuman, bermaksud mengendalikan diri.
Namun, secara emosional Kalin mengejar Lando yg sudah menjauh. Naas, sebuah
mobil menabrak Kalin. Gelas minuman yg dipegang Kalin terlepas terlempar ke
udara, jatuh tepat tak jauh dari wajah Kalin, pecahannya melukai mata Kalin,
merusak kornea yg menyebabkan kebutaan.
Di rumah sakit, Kalin dan Lando duduk di kursi taman. Kalin
meminta Lando berjanji, tidak akan mati sebelum mata Kalin sembuh dan dapat
melihat Lando lagi. Di atap petak kamar sewa, Lando membakar obat2 Leukimia,
Lando pasrah pada apapun yg akan terjadi.
Ketika tersedia donor kornea, operasi mata Kalin pun dilaksanakan.
Kalin dapat melihat lagi. Namun kini Lando semakin lemah. Sesuatu yg sangat
berarti adalah sesuatu yg kita merasa sakit dan pedih ketika kita kehilangannya.
Terima kasih untuk Dian Sastro Wardoyo, wanita Indonesia masa kini.
Official Website, Ungu Violet
"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..."
(Pramoedya Ananta Toer)