Prolog: Luangkan waktu sejenak dari rutinitas untuk merenung apa yg sudah kita lakukan dan berikan untuk ibu dan ayah tercinta. Meskipun puisi2 ini kelihatan simpel (red: sederhana), dengan membacanya mungkin bisa meringankan kepenatan rutinitas kita... SELAMAT HARI IBU... (red: 22 Desember 2003)
Surat Buat Ibunda
kadang hari jadi demikian melelahkan, ibunda, ruang menujumu tiba-tiba saja terasa luas dan jauh ingin nanda ceritakan tentang sayap-sayap yang tak henti belajar terbang
mencari setiap celah untuk memperpendek jarak, mempersempit ruang, ingin nanda ceritakan tentang wangi kelopak sepanjang jalan, biru langit, hembus angin dan warna pucuk-pucuk hijau mengumpulkan keindahan dalam telapak, untuk dibawa pulang ke pangkuan, berharap bisa menghapus letih kening dan sudut mata bunda
sesungguhnya tak jarang langkah nanda tersandung batu terhalang badai, tapi bekal yang bunda sampirkan sejak dulu selalu bisa menghantar nanda ke seberang
kadang kabut sama sekali nyaris tak tertembus, ibunda, perjuangan melewatinya tiba-tiba saja kehilangan tenaga, ingin nanda ceritakan tentang ketakutan-ketakutan dan mimpi buruk menjelang tengah malam, tentang kegamangan dan keraguan setiap kali jembatan dan pintu menghadang di depan mata, tapi percayalah bekal yang bunda titipkan di bahu selalu bisa mengisi kekosongan, menguatkan dan menegakkan kembali wajah nanda
seperti pesan bunda, nanda belajar dari rumput yang tegar untuk selalu tumbuh, nanda belajar dari tetes hujan di atas batu yang tawakal berikhtiar
tak pernah mudah, ibunda, tak pernah jika sesekali nanda berhenti, nanda ingin bunda tahu bukan tuk menyerah, tapi menerjemah hikmah dan menelaah diri sebelum berjalan lagi
tak pernah mudah, ibunda, memang tak pernah, tapi nanda tak gentar, sebab cinta dan doa bunda terbukti jadi energi tak berbatas, yang tak pernah kehabisan cahaya dalam setiap langkah nanda
Ibunda
menelusur setiap gurat wajahmu
menjadikannya sangu
menyesap setiap ruah matamu
menjadikannya pemacu
di keningmu cahaya
merapat jarak tiada jeda
di pangkuanmu sejuk tak bercela
mengentas resah seluruh ada
ke pelukmu selalu, ibunda!
ananda rindu pulang menumpah segala
To Mom With Love
dalam setiap ucapan tersirat keagungan,
perhatian
serta tulus hatimu
dalam setiap langkah kami kau sertakan doamu,
ikhlas
penuh kasih sayang
dalam setiap keputusasaan kau bakar semangat,
hidupkan harapan
agar kami terus melangkah maju
mama,
terima kasih kami haturkan
atas hatimu yang lembut
kasihmu yang tak pernah surut
walau hari-hari kami tak lepas dari amarahmu,
walau telinga kami sakit kena jewer tanganmu,
walau hari kami capek dengar segala nasihatmu,
kami sadari sepenuh kalbu
semua itu tanda sayangmu
semua itu ungkapan kasihmu
betapa bahagia kami
memiliki keabadian cintamu
To Dad With Love
dalam gurat keletihan, kerja keras kau lakukan
tabah
penuh keikhlasan
hujan panas menghujam, langkahmu tak pernah padam
berjuang
hidupi keluarga
betapa berat tanggung jawab kau pikul
penuh tekad
pengalaman demi pengalaman
kau jadikan pelajaran
papa,
terima kasih kami sembahkan
atas tegar hatimu yang pantang menyerah
kokoh kharismamu yang tak pernah goyah
walau sibukmu tak sempat terhenti,
walau keluhmu tak ada tertutur,
namun jiwamu lukiskan ketulusan
kami sadari sepenuh hati
kebahagiaan kami tujuan batinmu
keberhasilan kami wujud harapanmu
betapa beruntung kami
memiliki keagungan kasihmu
Mama
mama,
setiap pagi kau bangunkan aku
dari mimpi-mimpi indah
mengingatkan diriku
untuk pergi ke sekolah
mama,
demi kebahagiaanku
kau rela berkorban
walau dengan susah payah
namun tetap engkau tabah
mama,
engkaulah guru dan sahabatku
yang membimbing dan melatih
serta menghibur kesedihanku
mama,
entah bagaimana caranya
aku membalas jasamu
sumber: e-mail berantai
"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..."
(Pramoedya Ananta Toer)