Dimanakah Cinta?
Dimanakah Cinta...
Ketika arogansi merajalela dalam penghancuran tempat-tempat tinggal
Ketika kesombongan mewujud dalam amarah yang tak jelas arahnya
Ketika bangunan itu satu-persatu rubuh dan tinggal puing-puing belaka
Ketika tiada lagi asa tersisa pada diri mereka yang lara
Dimanakah Cinta...
Ketika ratusan keluarga tak lagi miliki tempat bernaung
Ketika deras hujan dan terik mentari menjadi sangat biasa
Ketika bocah-bocah cilik tak lagi temukan tempat bermain
Ketika para ibu harus rela menyusui bayi-bayinya di tempat terbuka
Ketika para ayah tak tahu lagi harus mengais rejeki di mana
Kemanakah Engkau, Cinta...
Ketika puluhan anak tak lagi lanjutkan sekolahnya
Ketika sang ibu berkata dengan pilu, "Lupakan saja sekolahmu. Makan pun belum tentu ada..."
Ketika sang ayah tertunduk luka, "Kemana aku harus mencari kerja?"
Kemanakah Engkau, Cinta...
Ketika ujian akhir sekolah harus tertunda
Ketika tiada lagi harapan untuk belajar
Ketika pakaian hanya tinggal yang melekat di badan
Ketika buku-buku terkubur entah dimana
Kemana perginya Engkau, Cinta...
Ketika masa depan tak lagi terbayang
Ketika esok hari tak lagi pasti dihadapi
Ketika cita-cita terbungkam kepongahan
Ketika harap dan impian terkubur kesewenangan
Kemanakah dirimu, Cinta...
Ketika mereka mencoba bersabar
Ketika tegar menjadi keharusan
Ketika mereka menutupi perih di dada
Ketika senyuman menjadi sangat dipaksakan
Ketika kelam menggayuti hari-hari gulana
Ketika bahagia tak lagi ikut serta
Ketika gelisah menjadi teman setia
Ketika mendung tak segera sirna dan tak jua berganti mentari yang cerah
Ketika pelangi tak jua muncul dalam gerimis yang semakin deras
Ketika tatap-tatap itu menjadi hampa dan kosong makna
Ketika hidup tak lagi sumringah
Ketika wajah-wajah tak lagi punya harap dan asa
Cinta...
Kembalilah.
Berhentilah menjadi bayang semata.
Dan turunlah ke bumi segera.
~mengenang beberapa penggusuran di Ibukota.
Sumber: CyberDakwah@yahoogroups.com
"Tahukah kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh di kemudian hari..."
(Pramoedya Ananta Toer)
<< Home